Beranda blog Halaman 8

komoditas unggulan pertanian indonesia

Komoditas utama pertanian Indonesia meliputi padi, kelapa sawit, kopi, kakao, karet, teh, rempah-rempah, dan tembakauKomoditas-komoditas ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. 

Komoditas tanaman pangan 

    • Padi, sebagai bahan makanan pokok rakyat Indonesia
    • Jagung
    • Kedelai
  • Kacang tanah
  • Kacang hijau
  • Ubi kayu
  • Ubi jalar
Komoditas perkebunan 

Kelapa sawit, Karet, Kelapa, Kopi, Kakao, Teh, Rempah-rempah.
Komoditas ekspor 

Minyak kelapa sawit, Kakao, Kopi, Beras, Rempah-rempah, Teh, Kelapa, Buah-buahan, Tembakau.
Komoditas unggulan 

  • Kopi, primadona hasil pertanian Indonesia yang banyak diekspor ke luar negeri
  • Rempah-rempah, Indonesia sangat kaya akan rempah-rempah
  • Tembakau, komoditas pertanian andalan ekspor lainnya dari Indonesia
Daerah penghasil padi 

  • Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Bali, Lombok, Kalimantan Tengah, dan NTB

Petani Milenial Petani Tidak Harus Kotor

Indonesia disebut negara agraris karena sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian yang merupakan salah satu aspek penting sebagai pendukung bergeraknya roda perekonomian.

Keberadaan petani menjadi penting untuk turut serta berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian dan memenuhi kebutuhan pangan. Petani juga dapat memajukan roda perekonomian dengan ekspor hasil panen. Pelaku pertanian mampu hidup sejahtera dari sektor ini, termasuk milenial.

Menjadi petani adalah sebuah profesi yang menjanjikan. Menurut Peraturan Menteri Pertanian republik Indonesia nomor 04 tahun 2019 pasal 1 ayat 4 menerangkan bahwa: ‘petani milenial adalah petani berusia 19 (sembilan belas) tahun sampai 39 (tiga puluh sembilan) tahun, dan/atau petani yang adaptif terhadap teknologi digital.

Penurunan minat dan keengganan kaum muda terlebih milenial untuk memilih pertanian sebagai profesi yang menjanjikan di masa depan disebabkan karena mayoritas petani kita masih mengelola lahan pertaniannya secara konvensional,

Keengganan kaum muda untuk terjun di dunia pertanian disebabkan karena dunia pertanian yang katanya identik dengan dunia yang kotor, miskin, dan komunitas terpinggirkan serta kurang menjanjikan. Maka dari itu, upaya menggaet kaum muda untuk turut dalam membangun sektor pertanian adalah hal yang sangat penting.

Merubah pandangan bahwa petani itu ngga harus kotor tidak melulu mencangkul atau membajak sawah seiring berjalannya waktu teknologi pertanian juga sudah diterapkan di Indonesia

Saat ini yang bisa dilakukan dalam mengenalkan sektor pertanian bagi kaum milenial adalah mengubah paradigma bahwa sektor pertanian itu adalah sektor yang menjanjikan, bekerja di sektor pertanian juga cukup keren dan tidak kotor. Apalagi Generasi Z hidup di zaman teknologi, yang mana lebih handal dalam pengoperasian berbagai macam teknologi.

Bermacam teknologi yang saat ini dapat digunakan di sektor pertanian yaitu:

  1. Saat ini telah banyak alat dan mesin yang memudahkan pekerjaan di lahan pertanian. Bertani tidak harus berlumpur, bahkan menggembalakan sapi dan kerbau untuk mengolah sawah. Salah satunya yang direkomendasikan oleh Kementerian Pertanian yaitu transplanter, untuk menanam padi.
  2. Saat ini tidak perlu lelah melakukan penyemprotan pupuk, pestisida, atau herbisida di lahan pertanian karena saat ini sudah ada drone yang mampu melakukan semua aktifitas tersebut, jadi aktivitas pertanian bisa serasa “bermain” gadget.
  3. Saat akan panen pun tidak perlu repot, karena Kementerian Pertanian bahkan sudah mengenalkan mesin panen berteknologi canggih, salah satunya Indo Combine Harvester yaitu alat untuk panen padi yang memudahkan dalam proses pemotongan hingga pengantongan padi.
  4. Tidak hanya itu ternyata saat ini sudah ada juga Mesin Pemetik Kapas, Mesin Pemanen Kentang, Mesin Pemanen Jagung, Mesin Pemanen Tebu, dan lain-lain.
  5. Bahkan saat ini, untuk mempermudah pemilihan benih yang akan dijadikan bibit setelah panen, petani tidak perlu memilih secara manual melainkan cukup menggunakan mesin pemilih bibit yang digunakan untuk tahap seleksi bibit unggul,  misalnya digunakan pada pemilihan bibit unggul Jagung Hibrida.
  6. Tidak ingin tangan kotor karena tanah, maka menanam dengan menggunakan media tanam selain tanah misalnya bertanam dalam hidrogel yaitu bahan poliester yang mempunyai daya serap terhadap air sangat tinggi, menggunakan air melalui cara tanam hidroponik atau Rockwool adalah sekumpulan serat berbentuk busa yang terbuat dari lelehan batu gunung berapi seperti batu basalt.
  7. Bahkan jika panen melimpah, jangan khawatir tentang pemasaran, karena saat ini sudah semakin banyak pasar pertanian “virtual”.

Dengan adanya teknologi tersebut menjadikan pertanian konvensional berubah menjadi pertanian modern karena pertanian tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi. Maka dari itulah kaum muda atau petani milenial yang adaptif dalam pemahaman teknologi digital hal ini penting peranannya. (WD)

 

Sumber: https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/17483

Rencana Hapus Kuota Impor Tak Akan Rugikan Petani

Jakarta – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, menegaskan bahwa rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus sistem kuota impor komoditas bukanlah sinyal pembukaan keran impor besar-besaran. Alih-alih demikian, langkah tersebut menurut Mas Dar, sapaan akrabnya, justru bertujuan menciptakan sistem perdagangan yang lebih adil serta mengikis praktik monopoli.

Sudaryono menilai jika kebijakan tersebut tetap mengutamakan perlindungan terhadap produksi dalam negeri, khususnya di sektor pertanian. Oleh sebab itu, dia menepis kekhawatiran bahwa kebijakan tersebut akan melemahkan industri lokal.

“Bukan berarti semua komoditas akan diimpor. Produksi dalam negeri tetap jadi prioritas. Ini soal keadilan, soal efisiensi,” kata Sudaryono, dikutip Minggu.

Dia memberi contoh jika industri membutuhkan daging beku, maka industri tersebut bisa langsung mengimpor tanpa harus melalui sistem kuota yang selama ini hanya dinikmati oleh segelintir pemain saja. Dia menjelaskan jika sistem kuota menurutnya kerap melahirkan ketimpangan lantaran hanya memberikan hak khusus pada beberapa pihak tertentu.

“Yang kita hapus itu bukan kontrol pemerintah, tapi sistem kuota yang dimonopoli. Kalau sudah ada neraca komoditas, semua pelaku usaha bisa ikut. Tidak ada lagi yang pegang kendali sendiri-sendiri,” tegasnya.

Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa penghapusan kuota justru akan membuka ruang bagi persaingan sehat dan transparan dalam perdagangan pangan. Imbas positifnya, harga komoditas seperti daging berpotensi turun karena akses impor menjadi lebih terbuka.

“Kalau harga impor lebih murah, tentu harga jual ke masyarakat juga akan lebih terjangkau. Yang untung siapa? Ya, rakyat,” tambahnya.

Kendati membuka ruang impor secara luas, Mas Dar mengaku jika pemerintah tetap berkomitmen terhadap misi besar yakni mewujudkan swasembada pangan serta energi nasional. Ia menegaskan bahwa perlindungan terhadap petani dan pelaku usaha dalam negeri tetap jadi fondasi utama kebijakan pangan nasional.

sumber: https://wartaekonomi.co.id/

Pertanian Masa Depan: Modern, Efisien, dan Berkelanjutan

Repost – viva.co.id

Kuntoro Boga Kepala PSI Perkebunan, Kementan

VIVA – Indonesia berada di persimpangan dalam pengembangan sektor pertaniannya. Sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, potensi untuk membangun pertanian yang modern, efisien, dan berkelanjutan sangat besar. Terlebih lagi, kebijakan pemerintah mulai berorientasi pada inovasi, membuka peluang bagi transformasi sistem pertanian nasional. Namun, berbagai tantangan masih menghambat kemajuan ini, mulai dari dampak perubahan iklim yang mengancam produktivitas, ketimpangan akses terhadap teknologi yang membuat sebagian petani tertinggal, hingga rendahnya regenerasi tenaga kerja pertanian karena kurangnya minat generasi muda untuk terjun ke sektor ini.

Membangun pertanian masa depan bukan hanya soal meningkatkan produksi pangan, tetapi juga memastikan keberlanjutan sektor ini melalui modernisasi dan perakitan teknologi yang tepat guna. Modernisasi pertanian mencakup mekanisasi, digitalisasi, serta penerapan sistem pertanian berbasis data untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Sementara itu, perakitan teknologi berperan dalam menyesuaikan inovasi dengan kondisi geografis dan sosial-ekonomi Indonesia, sehingga lebih mudah diadopsi oleh petani di berbagai wilayah. Sinergi antara modernisasi pertanian dan perakitan teknologi akan menjadi kunci utama dalam meningkatkan kesejahteraan petani, memperkuat ketahanan pangan nasional, serta menjadikan Indonesia pemain utama dalam sektor pertanian global.

Modernisasi Pertanian: Transformasi Menuju Pertanian Berbasis Teknologi

Modernisasi pertanian adalah proses peningkatan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian melalui penerapan teknologi, inovasi, serta pendekatan bisnis berbasis data. Konsep ini mencakup berbagai aspek, mulai dari mekanisasi, penggunaan pertanian presisi, hingga penerapan pertanian digital. Negara-negara seperti Jepang dan Belanda telah berhasil menerapkan sistem pertanian modern yang memungkinkan peningkatan hasil panen secara signifikan dengan input yang lebih rendah. Untuk tetap kompetitif dalam sektor pertanian global, Indonesia harus segera mengadopsi pendekatan serupa, menyesuaikannya dengan kondisi geografis, sosial, dan ekonomi lokal.

Salah satu elemen penting dalam modernisasi pertanian adalah mekanisasi, yaitu penggunaan alat dan mesin dalam proses produksi pertanian guna meningkatkan efisiensi serta mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia. Traktor, alat panen modern, dan sistem irigasi otomatis telah terbukti meningkatkan produktivitas pertanian di banyak negara maju. Namun, di Indonesia, penggunaan alat-alat ini masih belum merata, terutama di daerah terpencil. Adopsi mekanisasi yang lebih luas tidak hanya akan mempercepat waktu panen dan mengurangi biaya tenaga kerja, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani dengan hasil yang lebih optimal.

Selain mekanisasi, modernisasi pertanian juga berkaitan erat dengan digitalisasi, yang memungkinkan petani untuk mengelola usaha tani mereka dengan lebih akurat dan efisien. Teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), big data, serta sensor pertanian telah merevolusi cara pertanian dijalankan di berbagai negara. Beberapa startup pertanian di Indonesia telah mulai mengembangkan platform berbasis digital yang memungkinkan petani memantau kelembaban tanah secara real-time, memperkirakan waktu tanam yang optimal, serta mengelola distribusi air secara lebih efisien.

Namun, tantangan utama dalam implementasi modernisasi pertanian adalah akses terhadap teknologi dan keterampilan petani dalam menggunakannya. Banyak petani kecil masih kesulitan mengakses alat-alat pertanian modern karena keterbatasan modal, infrastruktur, dan minimnya pelatihan. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan inovasi pertanian bersifat inklusif dan menjangkau semua lapisan masyarakat. Jika tidak, modernisasi hanya akan dinikmati oleh segelintir kelompok, sementara sebagian besar petani tetap tertinggal. Oleh karena itu, program pelatihan berbasis komunitas serta kemitraan dengan sektor swasta menjadi solusi yang harus segera diwujudkan untuk mempercepat adopsi teknologi oleh petani kecil.

Perakitan Teknologi: Membangun Solusi Spesifik untuk Pertanian Indonesia

Perakitan teknologi dalam konteks pertanian adalah proses seleksi, pengembangan, dan adaptasi teknologi pertanian agar sesuai dengan kondisi agroekologi, sosial-ekonomi, serta kebutuhan lokal petani. Tidak semua inovasi yang sukses di negara lain dapat langsung diterapkan di Indonesia tanpa modifikasi. Faktor-faktor seperti iklim tropis, jenis tanah yang bervariasi, pola curah hujan, serta kebiasaan budidaya masyarakat harus menjadi pertimbangan utama dalam proses adaptasi teknologi. Oleh karena itu, pendekatan berbasis penelitian dan pengembangan (R&D) menjadi kunci utama dalam memastikan bahwa teknologi yang diadopsi benar-benar efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia.

Di Indonesia, perakitan teknologi telah dilakukan dalam berbagai aspek pertanian, mulai dari pengembangan varietas unggul, sistem pertanian presisi, hingga teknologi irigasi hemat air. Inovasi seperti padi hibrida, pupuk organik berbasis mikroba, serta teknik konservasi tanah dan air telah dikembangkan oleh berbagai lembaga penelitian dan universitas. Namun, salah satu tantangan terbesar adalah menghubungkan hasil riset dengan kebutuhan nyata di lapangan. Banyak petani yang masih kesulitan mengakses teknologi baru karena kurangnya informasi, keterbatasan modal, serta minimnya pendampingan dalam implementasi. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan sinergi antara akademisi, pemerintah, dan sektor swasta dalam mempercepat transfer teknologi dari laboratorium ke lahan pertanian.

Perakitan teknologi juga berkaitan erat dengan konsep ekonomi sirkular dalam pertanian, yang berfokus pada pemanfaatan kembali limbah untuk menciptakan nilai tambah. Limbah pertanian dan perkebunan yang selama ini dianggap tidak bernilai dapat diolah menjadi sumber energi terbarukan atau bahan baku industri lainnya. Misalnya, program konversi limbah sawit dan tebu menjadi bioetanol telah menunjukkan hasil positif di beberapa daerah seperti Sumatera dan Kalimantan. Selain mengurangi dampak lingkungan, model ini juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani. Jika konsep ekonomi sirkular dapat diperluas dan diintegrasikan dengan kebijakan pertanian berkelanjutan, maka sektor pertanian Indonesia tidak hanya akan lebih efisien tetapi juga lebih ramah lingkungan.

Sinergi Kebijakan, Teknologi, dan SDM  Pertanian

Pemerintah harus mengambil peran lebih aktif dalam mendorong riset dan pengembangan (R&D) serta memberikan insentif bagi petani yang berani berinovasi. Langkah-langkah strategis seperti kebijakan agraria yang lebih fleksibel, akses kredit yang lebih mudah, serta peningkatan infrastruktur digital di pedesaan harus segera diwujudkan agar modernisasi pertanian dapat berjalan efektif. Tanpa adanya langkah konkret ini, potensi besar dalam pertanian digital dan mekanisasi akan sulit diimplementasikan di lapangan, terutama bagi petani kecil yang masih menghadapi keterbatasan akses terhadap teknologi dan permodalan.

Selain itu, regenerasi petani menjadi tantangan serius yang perlu segera diatasi. Rata-rata usia petani Indonesia kini berada di atas 45 tahun, sementara generasi muda semakin menjauhi sektor pertanian karena dianggap kurang menjanjikan secara ekonomi. Negara seperti Jepang telah membuktikan bahwa petani muda dapat menjadi ujung tombak pertanian modern melalui dukungan pendidikan berbasis teknologi.

Pada akhirnya, modernisasi pertanian bukan hanya tentang meningkatkan produksi, tetapi juga membangun ekosistem pertanian yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global. Dengan strategi yang tepat, Indonesia berpeluang tidak hanya menjadi lumbung pangan nasional, tetapi juga pemain utama dalam ekonomi hijau global. Sinergi antara modernisasi pertanian, perakitan teknologi, digitalisasi, dan mekanisasi akan memperkuat daya saing sektor ini.

Teknologi Pertanian Modern untuk Petani Milenial

Teknologi modern yang digunakan dalam bidang pertanian memudahkan petani berbudidaya sehingga kegiatan berusahatani berjalan lebih efisien. Selain itu, teknologi tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi petani milenial agar mau terjun ke dunia pertanian.

Teknologi pertanian adalah alat, cara atau metode yang digunakan dalam mengolah atau memproses input pertanian sehingga menghasilkan output atau hasil pertanian yang berdaya guna dan berhasil guna baik berupa produk bahan mentah, setengah jadi maupun siap pakai. Sebagai negara agraris, para petani Indonesia tentu mengenal alat pertanian seperti halnya negara-negara agraris lainnya baik tradisional maupun modern.

Secara umum, alat-alat pertanian modern terbagi menjadi empat kategori. Pertama, alat pertanian yang digunakan dalam memproduksi benih atau bibit. Kedua, alat pertanian yang digunakan untuk menanam benih atau bibit dan proses budidayanya. Ketiga alat pertanian yang digunakan saat memanen dan mengolah hasil. Keempat,  teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk memasarkan produk pertanian secara berkelompok atau bersama-sama dengan petani lain, agar lebih hemat secara biaya dan memperoleh kepastian pasar.

Macam-macam teknologi yang saat ini dapat digunakan di sektor pertanian yaitu:

  1. Traktor adalah alat pertanian yang paling sering digunakan untuk melakukan pengolahan tanah. Traktor memiliki 2 jenis, yaitu traktor dengan roda rantai yang biasa digunakan pada kondisi tanah berlumpur dan traktor dengan roda dua yang biasa digunakan pada kondisi tanah kering.

        Garu piring biasanya digunakan untuk pengolahan tanah sebelum tanam, yaitu untuk membersihkan rumput              pada lahan tanam. Selain itu,digunakan juga saat pengolahan sesudah tanam, yaitu untuk menutupi benih yang            telah disebar dengan tanah.

  1. Bajak subsoil adalah alat yang biasanya digunakan untuk memecahkan tanah  hingga kedalaman 20 hingga 36 inci untuk parit pada lahan tanam.
  2. Rotavator adalah salah satu alat yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah pertama dan kedua. Untuk pengolahan tanah pertama berguna untuk  memotong, mencacah, dan membolak -balikan tanah. Sementara itu, untuk pengolahan tanah kedua, alat ini digunakan untuk merapikan tanah, menghilangkan tanaman pengganggu, dan untuk memperbaiki tata air.
  3. Bajak singkal merupakan alat pengolah tanah yang berfungsi untuk  membolakbalikkan tanah. Terdapat 2 jenis bajak singkal, yaitu bajak singkal 1 arah dan bajak singkal 2 arah.
  4. Garu sisir digunakan untuk pengolahan tanah setelah pengolahan menggunakan bajak singkal. Biasanya alat ini digunakan pada sawah saat dalam keadaan basah agar tanah yang dalam bentuk bongkahan dapat gembur.
  1. Transplanter, alat untuk menanam padi. Bertani tidak harus berlumpur, bahkan menggembalakan sapi dan kerbau untuk mengolah sawah. Transplanter merupakan salah satu alat modern yang direkomendasikan oleh Kementerian Pertanian
  2. Drone, melakukan penyemprotan pupuk, pestisida, atau herbisida di lahan pertanian karena saat ini sudah ada drone atau Unmanned Aerial Vehicles (UAV) adalah pesawat tanpa awak. Alat ini dikendalikan oleh seseorang yang disebut dengan pilot drone. Sang pilot bertugas untuk mengendalikan drone dari jauh melalui remote control yang sudah terkoneksi dengan UAV ini.
  3. Combine Harvesteryaitu alat untuk panen padi yang memudahkan dalam proses pemotongan hingga pengantongan padi.
  4. Mesin Pemetik Kapas, Mesin Pemanen Kentang, Mesin Pemanen Jagung, Mesin Pemanen Tebu, dan lain-lain.
  5. Mesin pemilih bibit yang digunakan untuk tahap seleksi bibit unggul, untuk mempermudah pemilihan benih yang akan dijadikan bibit setelah panen, sehingga petani tidak perlu memilih secara manual.
  6. Bertanam dalam hidrogel yaitu bahan poliester yang mempunyai daya serap terhadap air sangat tinggi, menggunakan air melalui cara tanam hidroponik atau Rockwool adalah sekumpulan serat berbentuk busa yang terbuat dari lelehan batu gunung berapi seperti batu basalt.
  7. Pemasaran secara virtual, membantu saat panen melimpah.

Teknologi pertanian yang semakin canggih, lebih modern dan praktis membuat segala kegiatan menjadi lebih mudah, dengan teknologi tersebut bagi petani milenial kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan bisnis pertanian sehingga menjadi petani mampu hidup sejahtera dan merupakan profesi yang menjanjikan.(WD)

Sumber:

Petani Milenial, Petani Tidak Harus Kotor/ Amata Fami…[et al.]. 2021

https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/17483

Ketum Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir: Siap Wujudkan Ketahanan Pangan dan Dukung Program Prabowo

Ketua Umum Program Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir, menegaskan komitmennya untuk memajukan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan sektor pertanian, guna meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.

Komitmen ini disampaikan Don Muzakir dalam diskusi bersama pengurus Tani Merdeka Indonesia Sumut.

Dalam kesempatan tersebut, Don Muzakir menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor pertanian, dan masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia. Ia juga menekankan dukungannya terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam menciptakan swasembada pangan nasional.

“Kawan-kawan Tani Merdeka Indonesia harus mengawal Presiden Pak Prabowo dan Mas Gibran untuk mewujudkan swasembada pangan,” kata Don Muzakir.

Tani Merdeka Indonesia, lanjutnya, bukan hanya sekadar program, tetapi merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk mendukung upaya ketahanan pangan yang telah dicanangkan oleh Presiden Prabowo. “Program ini bertujuan untuk menciptakan perubahan positif dalam sektor pertanian, termasuk menciptakan wirausaha pertanian yang mandiri,” ujar Don Muzakir

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa berbagai kegiatan akan dilaksanakan untuk memperkuat program ini, dengan fokus pada peningkatan kapasitas petani, pemanfaatan teknologi, dan peningkatan akses pasar bagi produk pertanian lokal. “Melalui program ini, kami berharap petani dapat lebih mandiri dan berdaya, sehingga mampu berkontribusi nyata terhadap ketahanan pangan di Indonesia,” tambahnya.

Acara diskusi ini digagas oleh Tani Merdeka Indonesia Sumut, yang dipimpin oleh Ketua Mhd Husni, dan dihadiri oleh sejumlah pengurus, di antaranya Faisal, Ainal Mardiah, Riki, Jejen, serta aktivis Kelompok Tani Wanita.

Dengan semangat gotong royong, Program Tani Merdeka Indonesia diharapkan dapat menjadi langkah nyata dalam mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia.

Tani Merdeka Indonesia Kawal Kesejahteraan Petani, Pastikan Harga Pascapanen Sesuai Standar

MALANG – Kesejahteraan petani menjadi perhatian utama Tani Merdeka Indonesia, terutama dalam memastikan harga komoditas pascapanen tidak merugikan petani. Melalui berbagai program, organisasi ini berkomitmen menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pupuk subsidi bagi petani di Malang Raya dan wilayah lainnya.

“Pada Rapat Kerja Wilayah DPW Tani Merdeka Indonesia pekan lalu, kami membangun komitmen melalui MoU dengan Bulog untuk menyerap sekitar 3 juta ton gabah kering panen dalam setahun,” ujar Alayk, Jumat (21/3/2025).

Malang Raya menjadi salah satu wilayah dengan target serapan gabah terbesar. Selain itu, Bulog juga menargetkan penyerapan 1 juta ton jagung tahun ini. Tani Merdeka Indonesia berperan dalam memastikan pencapaian target ini sesuai dengan instruksi Presiden.

Jaminan Harga Pascapanen untuk Petani

Selain serapan hasil panen, Tani Merdeka Indonesia juga mengawal penerapan Harga Pokok Penjualan (HPP) agar petani mendapatkan harga yang layak. Harga minimal yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 6.500 per kilogram untuk gabah kering panen dan Rp 5.500 per kilogram untuk jagung.

“Kami pastikan petani mendapatkan harga sesuai ketentuan pemerintah. Jika ada swasta yang membeli di bawah harga tersebut, Bulog wajib menyerap hasil panen petani,” tegas Alayk.

Ia juga mengungkapkan bahwa masih ditemukan pelanggaran di beberapa daerah, seperti di Kalipare, di mana jagung dibeli dengan harga Rp 4.600 per kilogram dan gabah kering panen hanya Rp 6.000 per kilogram.

“Tani Merdeka akan terus turun ke lapangan untuk memastikan harga yang diterapkan sesuai aturan,” tambahnya.

Ketersediaan Pupuk Subsidi Aman

Selain harga hasil panen, ketersediaan pupuk subsidi juga menjadi perhatian Tani Merdeka Indonesia. Berdasarkan konsultasi dengan Kementerian Pertanian, pupuk subsidi di Jawa Timur saat ini sudah dalam kondisi surplus.

“Seharusnya tidak ada lagi kelangkaan pupuk, terutama di Kabupaten Malang, karena jumlah pupuk yang disediakan pemerintah sudah melebihi kebutuhan,” jelas Alayk.

Meski demikian, pihaknya tetap melakukan pemantauan di lapangan guna memastikan distribusi pupuk berjalan lancar dan tidak ada oknum yang bermain.

“Kami akan terus mengawal ini agar tidak ada kasus petani kehabisan pupuk subsidi, karena stok seharusnya selalu tersedia,” pungkasnya. (*)

Pengukuhan DPD Tani Merdeka Indonesia, Wakil Bupati Shobih Optimis Komitmen Pengurus Majukan Pertanian Kabupaten Pasuruan

Wakil Bupati Pasuruan, Shobih Asrori optimis, Pengurus Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Tani Merdeka Indonesia (TMI) Kabupaten Pasuruan mampu melaksanakan tugasnya dengan maksimal. Bersama-sama memajukan sektor pertanian dengan memberikan dukungan kepada petani dalam menghadapi beragam tantangannya. Baik dalam menghadapi perubahan iklim, fluktuasi harga komoditas hingga permasalahan lainnya.

Disampaikan di Pendopo Nyawiji Ngesti Wenganing Gusti pada hari Sabtu (22/2/2025) malam, Gus Shobih sapaan akrab Wakil Bupati Pasuruan menitipkan beberapa pesannya kepada seluruh Pengurus terlantik. Terus berinovasi mengembangkan pertanian dan meningkatkan pendapatan petani. Diantaranya dapat dilakukan dengan memberikan akses ke pasar yang lebih baik. Berikut, memberikan pelatihan tentang praktik pertanian modern dan teknologi pertanian yang inovatif.  

“Saya yakin, semua Pengurus adalah orang-orang yang memang berkomitmen di bidangnya. Terus berupaya memajukan pertanian di Kabupaten Pasuruan,” ujarnya sesuai Pelantikan DPD TMI Kabupaten Pasuruan oleh Sekjen DPW TMI Jawa Timur, Imron Rosyadi.

Di sisi lain, Gus Shobih juga memastikan, Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait siap bersinergi. Mendukung program kegiatan yang telah disusun sebelumnya untuk kemudian diimplementasikan secara bersama-sama. 

“Monggo kami persilahkan Bapak Ibu sekalian untuk bekerjasama dengan OPD dan instansi lainnya. Yang penting semua programnya bisa berjalan. Pada prinsipnya, Pemkab Pasuruan akan bekerjasama dengan Panjenengan semuanya,” tandasnya.

Sebelumnya, Ketua DPD TMI Kabupaten Pasuruan Raya, Winaryo Sujoko menyatakan komitmennya dalam membantu petani mewujudkan kemandirian pangan. Sekaligus mampu menjadi solusi bagi berbagai persoalan petani.

“Tani Merdeka adalah organisasi relawan yang mendukung petani. Kami juga akan mengawal program Pemerintah di bidang pertanian. Hal ini selaras dengan Nawacita Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam mewujudkan swasembada pangan,” tandasnya.    

Menurutnya, agenda pelantikan sebagai langkah awal bagi TMI Pasuruan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Mendorong petani dan mengawal kebijakan Pemerintah di sektor pertanian. Juga berperan sebagai penghubung antara petani dan pemerintah dalam menyalurkan bantuan. Tidak terkecuali memastikan implementasi program pertanian yang efektif. 

Terima Audiensi Kelompok Tani Merdeka, Pjs Bupati Dorong Peningkatan Produksi Pertanian Sergai

Sei Rampah,Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Serdang Bedagai (Sergai) H. Parlindungan Pane, menerima audiensi dari Kelompok Tani Merdeka di Ruang Rapat Sekdakab Komplek Kantor Bupati Sergai di Sei Rampah, pada Kamis (31/10/2024).

Dalam sambutannya, H. Parlindungan Pane mengapresiasi kontribusi para kelompok tani dan mendorong peningkatan hasil panen, mengingat Sergai merupakan salah satu daerah surplus beras di Provinsi Sumatra Utara (Sumut).

Sebagai salah satu kabupaten yang menjadi lumbung beras di Provinsi Sumut, Pjs. Bupati Parlindungan Pane menekankan pentingnya upaya berkelanjutan untuk meningkatkan produksi beras, sejalan dengan program Presiden RI H. Prabowo Subianto dalam mewujudkan Indonesia yang swasembada pangan.

“Menjadi salah satu kabupaten lumbung beras di Sumut, Kabupaten Sergai memiliki peran penting dalam mendukung produksi pangan nasional. Kami harap keberadaan Kelompok Tani Merdeka nantinya dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian di Sergai,” ujar H. Parlindungan Pane.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Sergai Dedi Iskandar, dalam kesempatan tersebut melaporkan bahwa pada tanggal 5 November 2024 akan diadakan pelantikan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Tani Merdeka Indonesia periode 2024-2028. Acara pelantikan ini akan dihadiri langsung oleh Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir, serta dihadiri oleh lebih dari 200 orang dari unsur Forkopimda Sergai, Pengurus Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Tani Merdeka Sumut, dan perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sergai.

H. Parlindungan Pane berharap agar pelantikan DPD Tani Merdeka Indonesia di Sergai nanti dapat berjalan lancar dan bermanfaat bagi kemajuan sektor pertanian di kabupaten tersebut.
“Kami berharap kegiatan pelantikan nantinya dapat terlaksana dengan baik dan Kelompok Tani Merdeka Indonesia Sergai dapat memberikan dampak positif yang nyata bagi kemajuan pertanian di Sergai,” pungkasnya.

Audiensi ini juga dihadiri oleh Pj. Sekda Rusmiani Purba, Kepala Dinas PMP2TSP Reza Firmansyah,ST serta sejumlah pengurus Kelompok Tani Merdeka Sergai. (Media Center Sergai).