Bendungan Krueng Pase Mangkrak, Ratusan Ribu Hektare Sawah di Aceh Utara Terbengkalai
Petani Lega, Bulog Beli Gabah Capai Rp 6.500 per Kilo
TANI MERDEKA – Panen raya tahun ini membawa kabar gembira bagi petani. Pemerintah melalui Perum Bulog turun langsung ke lapangan membeli gabah petani dengan harga Rp6.500 per kilogram, sesuai harga yang ditetapkan.
Langkah ini dilakukan agar harga gabah tetap stabil dan petani tidak rugi di tengah panen melimpah.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, upaya ini juga untuk memperkuat cadangan beras nasional. Ia menyebut cadangan beras pemerintah akan mencapai 3,3 juta ton pada awal Mei 2025.
“Ini belum pernah terjadi selama 20 tahun terakhir,” kata Mentan Amran, pada Kamis, 17 April 2025.
Saat ini Bulog sudah menyerap lebih dari 1 juta ton beras dari petani. Stok nasional pun kini sudah mencapai 2,8 juta ton dan tersebar di gudang-gudang Bulog seluruh Indonesia.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog, Arwakhudin Widiarso, menjelaskan bahwa pihaknya membentuk tim jemput gabah. Tim ini bekerja sama dengan penggilingan padi, dinas pertanian, penyuluh pertanian, hingga TNI dan Babinsa.
“Petani tak perlu repot, kami langsung datang ke sawah,” ujar Arwakhudin.
Bulog juga menyiapkan gudang tambahan untuk menampung gabah petani, agar tak ada hasil panen yang terbuang.
Sosialisasi juga dilakukan ke sentra-sentra produksi. Tujuannya agar petani tahu bahwa pemerintah hadir dan siap membeli hasil panen mereka.
Dengan cara ini, petani merasa lebih tenang dan semangat. Mereka tidak lagi khawatir harga gabah jatuh.
“Petani harus dilindungi. Mereka yang menjaga ketahanan pangan negara ini,” ujar Mentan Amran.[]
Dukung Ketahanan Pangan dan Teknologi Pertanian, Tani Merdeka Pidie Ikut Panen Raya di Tiro
PIDIE – DPD Tani Merdeka Indonesia Kabupaten Pidie ikut kegiatan panen raya yang digelar di Gampong Pulo Mesjid, Kecamatan Tiro, Kabupaten Pidie.
Ketua DPD Tani Merdeka Indonesia Kabupaten Pidie, Sabirin, mengatakan panen raya ini menjadi momen penting untuk memperkuat ketahanan pangan di daerah.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bentuk dukungan nyata terhadap program strategis nasional di sektor pertanian.
“Panen raya ini membuktikan bahwa pertanian kita terus berkembang. Tidak hanya dari sisi hasil panen, tetapi juga dari sisi penggunaan teknologi,” ujar Sabirin.
Dalam kegiatan tersebut, para petani mulai menggunakan alat panen modern seperti Combine Harvester yang bisa mempercepat dan memudahkan proses panen.
Sabirin menyebutkan, sebanyak 50 anggota Tani Merdeka Pidie ikut hadir dalam panen raya tersebut.
“Kami akan terus mendampingi petani di Pidie agar terus berinovasi dan mengikuti perkembangan teknologi pertanian,” katanya.
Kegiatan ini kata Sabirin, menjadi semangat baru bagi petani di Pidie untuk terus meningkatkan produktivitas dan menjaga kedaulatan pangan daerah. []
Produk Pertanian Indonesia yang Mendunia
Produk Pertanian Indonesia Mendunia – Indonesia, sebagai negara agraris, punya potensi besar dalam sektor pertanian. Beberapa produk pertanian Indonesia udah berhasil menembus pasar internasional dan jadi kebanggaan tersendiri. Nggak cuma sekedar laku di dalam negeri, produk-produk ini diakui dunia karena kualitasnya yang nggak main-main. Yuk, kita bahas beberapa produk pertanian Indonesia yang sukses mendunia!
Produk Pertanian Indonesia yang Mendunia
1. Kopi
Siapa sih yang nggak kenal sama kopi Indonesia? Salah satu yang paling terkenal adalah kopi luwak. Kopi ini nggak cuma unik dari cara produksinya, tapi juga punya cita rasa khas yang bikin banyak orang dari berbagai negara jatuh cinta. Mulai dari Eropa, Amerika, sampai Asia, kopi Indonesia selalu jadi favorit.
2. Cengkeh
Indonesia dikenal sebagai penghasil cengkeh terbesar di dunia. Produk ini banyak diekspor ke negara-negara seperti India, Pakistan, dan beberapa negara Eropa. Cengkeh nggak cuma dipakai buat bumbu masak, tapi juga buat produk kesehatan dan kecantikan. Kualitas cengkeh Indonesia udah diakui dunia, lho!
3. Kelapa
Kelapa Indonesia, baik itu dalam bentuk minyak kelapa, serabut kelapa, atau air kelapa, selalu jadi incaran di pasar global. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Belanda, dan China adalah beberapa konsumen besar produk kelapa Indonesia. Selain buat makanan, produk kelapa juga banyak dipakai buat kosmetik dan produk kesehatan.
4. Kakao
Kamu pasti tahu kalau cokelat yang enak itu berasal dari kakao berkualitas. Nah, Indonesia adalah salah satu produsen kakao terbesar di dunia. Kakao dari Indonesia banyak diimpor oleh perusahaan-perusahaan cokelat terkenal di Eropa dan Amerika. Rasa yang kaya dan tekstur yang lembut jadi alasan kenapa kakao Indonesia banyak diminati.
5. Karet Alam
Karet alam Indonesia juga nggak kalah populer. Produk ini diekspor ke banyak negara buat kebutuhan industri otomotif, seperti ban dan komponen kendaraan lainnya. Negara-negara seperti Jepang, Amerika, dan beberapa negara Eropa adalah konsumen setia karet alam dari Indonesia.
6. Rempah-rempah
Sejak zaman penjajahan, Indonesia udah terkenal dengan rempah-rempahnya. Sampai sekarang, rempah-rempah seperti pala, lada, dan kayu manis masih jadi produk ekspor unggulan. Negara-negara seperti India, Timur Tengah, dan Eropa banyak yang mengimpor rempah-rempah dari Indonesia karena kualitas dan cita rasanya yang khas.
7. Teh
Teh Indonesia, terutama dari perkebunan di Jawa Barat dan Sumatera, punya kualitas tinggi. Teh hitam dan teh hijau dari Indonesia sering diekspor ke berbagai negara, termasuk Inggris, Rusia, dan Jepang. Rasanya yang segar dan aroma khasnya bikin teh Indonesia punya tempat tersendiri di hati penikmat teh dunia.
8. Sawit
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia. Produk ini banyak dipakai buat minyak goreng, margarin, dan bahan baku kosmetik. Pasar utama sawit Indonesia ada di negara-negara seperti India, China, dan beberapa negara Eropa.
9. Vanili
Vanili Indonesia terkenal dengan kualitas premium. Meski produksinya masih terbatas, vanili dari Indonesia punya harga yang tinggi di pasar internasional. Amerika Serikat dan Eropa adalah beberapa negara yang jadi pasar utama vanili Indonesia.
10. Buah-buahan Tropis
Buah-buahan tropis seperti manggis, durian, dan pisang dari Indonesia juga banyak diminati pasar global. Negara-negara seperti China, Jepang, dan Korea Selatan jadi pasar utama buah-buahan tropis Indonesia. Selain rasanya yang manis dan segar, buah-buahan tropis ini juga kaya akan nutrisi.
Produk pertanian Indonesia memang punya kualitas yang nggak kalah sama produk-produk dari negara lain. Mulai dari kopi, rempah-rempah, sampai buah-buahan tropis, semuanya berhasil mencuri perhatian dunia. Sebagai bangsa Indonesia, kita patut bangga dengan hasil pertanian kita yang udah mendunia. Jangan lupa terus dukung produk lokal, ya!
komoditas unggulan pertanian indonesia
-
- Padi, sebagai bahan makanan pokok rakyat Indonesia
- Jagung
- Kedelai
- Kacang tanah
- Kacang hijau
- Ubi kayu
- Ubi jalar
- Kopi, primadona hasil pertanian Indonesia yang banyak diekspor ke luar negeri
- Rempah-rempah, Indonesia sangat kaya akan rempah-rempah
- Tembakau, komoditas pertanian andalan ekspor lainnya dari Indonesia
- Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Bali, Lombok, Kalimantan Tengah, dan NTB
Petani Milenial Petani Tidak Harus Kotor
Indonesia disebut negara agraris karena sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian yang merupakan salah satu aspek penting sebagai pendukung bergeraknya roda perekonomian.
Keberadaan petani menjadi penting untuk turut serta berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian dan memenuhi kebutuhan pangan. Petani juga dapat memajukan roda perekonomian dengan ekspor hasil panen. Pelaku pertanian mampu hidup sejahtera dari sektor ini, termasuk milenial.
Menjadi petani adalah sebuah profesi yang menjanjikan. Menurut Peraturan Menteri Pertanian republik Indonesia nomor 04 tahun 2019 pasal 1 ayat 4 menerangkan bahwa: ‘petani milenial adalah petani berusia 19 (sembilan belas) tahun sampai 39 (tiga puluh sembilan) tahun, dan/atau petani yang adaptif terhadap teknologi digital.
Penurunan minat dan keengganan kaum muda terlebih milenial untuk memilih pertanian sebagai profesi yang menjanjikan di masa depan disebabkan karena mayoritas petani kita masih mengelola lahan pertaniannya secara konvensional,
Keengganan kaum muda untuk terjun di dunia pertanian disebabkan karena dunia pertanian yang katanya identik dengan dunia yang kotor, miskin, dan komunitas terpinggirkan serta kurang menjanjikan. Maka dari itu, upaya menggaet kaum muda untuk turut dalam membangun sektor pertanian adalah hal yang sangat penting.
Merubah pandangan bahwa petani itu ngga harus kotor tidak melulu mencangkul atau membajak sawah seiring berjalannya waktu teknologi pertanian juga sudah diterapkan di Indonesia
Saat ini yang bisa dilakukan dalam mengenalkan sektor pertanian bagi kaum milenial adalah mengubah paradigma bahwa sektor pertanian itu adalah sektor yang menjanjikan, bekerja di sektor pertanian juga cukup keren dan tidak kotor. Apalagi Generasi Z hidup di zaman teknologi, yang mana lebih handal dalam pengoperasian berbagai macam teknologi.
Bermacam teknologi yang saat ini dapat digunakan di sektor pertanian yaitu:
- Saat ini telah banyak alat dan mesin yang memudahkan pekerjaan di lahan pertanian. Bertani tidak harus berlumpur, bahkan menggembalakan sapi dan kerbau untuk mengolah sawah. Salah satunya yang direkomendasikan oleh Kementerian Pertanian yaitu transplanter, untuk menanam padi.
- Saat ini tidak perlu lelah melakukan penyemprotan pupuk, pestisida, atau herbisida di lahan pertanian karena saat ini sudah ada drone yang mampu melakukan semua aktifitas tersebut, jadi aktivitas pertanian bisa serasa “bermain” gadget.
- Saat akan panen pun tidak perlu repot, karena Kementerian Pertanian bahkan sudah mengenalkan mesin panen berteknologi canggih, salah satunya Indo Combine Harvester yaitu alat untuk panen padi yang memudahkan dalam proses pemotongan hingga pengantongan padi.
- Tidak hanya itu ternyata saat ini sudah ada juga Mesin Pemetik Kapas, Mesin Pemanen Kentang, Mesin Pemanen Jagung, Mesin Pemanen Tebu, dan lain-lain.
- Bahkan saat ini, untuk mempermudah pemilihan benih yang akan dijadikan bibit setelah panen, petani tidak perlu memilih secara manual melainkan cukup menggunakan mesin pemilih bibit yang digunakan untuk tahap seleksi bibit unggul, misalnya digunakan pada pemilihan bibit unggul Jagung Hibrida.
- Tidak ingin tangan kotor karena tanah, maka menanam dengan menggunakan media tanam selain tanah misalnya bertanam dalam hidrogel yaitu bahan poliester yang mempunyai daya serap terhadap air sangat tinggi, menggunakan air melalui cara tanam hidroponik atau Rockwool adalah sekumpulan serat berbentuk busa yang terbuat dari lelehan batu gunung berapi seperti batu basalt.
- Bahkan jika panen melimpah, jangan khawatir tentang pemasaran, karena saat ini sudah semakin banyak pasar pertanian “virtual”.
Dengan adanya teknologi tersebut menjadikan pertanian konvensional berubah menjadi pertanian modern karena pertanian tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa teknologi. Maka dari itulah kaum muda atau petani milenial yang adaptif dalam pemahaman teknologi digital hal ini penting peranannya. (WD)
Sumber: https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/17483
Rencana Hapus Kuota Impor Tak Akan Rugikan Petani
Jakarta – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, menegaskan bahwa rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus sistem kuota impor komoditas bukanlah sinyal pembukaan keran impor besar-besaran. Alih-alih demikian, langkah tersebut menurut Mas Dar, sapaan akrabnya, justru bertujuan menciptakan sistem perdagangan yang lebih adil serta mengikis praktik monopoli.
Sudaryono menilai jika kebijakan tersebut tetap mengutamakan perlindungan terhadap produksi dalam negeri, khususnya di sektor pertanian. Oleh sebab itu, dia menepis kekhawatiran bahwa kebijakan tersebut akan melemahkan industri lokal.
“Bukan berarti semua komoditas akan diimpor. Produksi dalam negeri tetap jadi prioritas. Ini soal keadilan, soal efisiensi,” kata Sudaryono, dikutip Minggu.
Dia memberi contoh jika industri membutuhkan daging beku, maka industri tersebut bisa langsung mengimpor tanpa harus melalui sistem kuota yang selama ini hanya dinikmati oleh segelintir pemain saja. Dia menjelaskan jika sistem kuota menurutnya kerap melahirkan ketimpangan lantaran hanya memberikan hak khusus pada beberapa pihak tertentu.
“Yang kita hapus itu bukan kontrol pemerintah, tapi sistem kuota yang dimonopoli. Kalau sudah ada neraca komoditas, semua pelaku usaha bisa ikut. Tidak ada lagi yang pegang kendali sendiri-sendiri,” tegasnya.
Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa penghapusan kuota justru akan membuka ruang bagi persaingan sehat dan transparan dalam perdagangan pangan. Imbas positifnya, harga komoditas seperti daging berpotensi turun karena akses impor menjadi lebih terbuka.
“Kalau harga impor lebih murah, tentu harga jual ke masyarakat juga akan lebih terjangkau. Yang untung siapa? Ya, rakyat,” tambahnya.
Kendati membuka ruang impor secara luas, Mas Dar mengaku jika pemerintah tetap berkomitmen terhadap misi besar yakni mewujudkan swasembada pangan serta energi nasional. Ia menegaskan bahwa perlindungan terhadap petani dan pelaku usaha dalam negeri tetap jadi fondasi utama kebijakan pangan nasional.
sumber: https://wartaekonomi.co.id/
Pertanian Masa Depan: Modern, Efisien, dan Berkelanjutan
Repost – viva.co.id
Kuntoro Boga Kepala PSI Perkebunan, Kementan
VIVA – Indonesia berada di persimpangan dalam pengembangan sektor pertaniannya. Sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, potensi untuk membangun pertanian yang modern, efisien, dan berkelanjutan sangat besar. Terlebih lagi, kebijakan pemerintah mulai berorientasi pada inovasi, membuka peluang bagi transformasi sistem pertanian nasional. Namun, berbagai tantangan masih menghambat kemajuan ini, mulai dari dampak perubahan iklim yang mengancam produktivitas, ketimpangan akses terhadap teknologi yang membuat sebagian petani tertinggal, hingga rendahnya regenerasi tenaga kerja pertanian karena kurangnya minat generasi muda untuk terjun ke sektor ini.
Membangun pertanian masa depan bukan hanya soal meningkatkan produksi pangan, tetapi juga memastikan keberlanjutan sektor ini melalui modernisasi dan perakitan teknologi yang tepat guna. Modernisasi pertanian mencakup mekanisasi, digitalisasi, serta penerapan sistem pertanian berbasis data untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Sementara itu, perakitan teknologi berperan dalam menyesuaikan inovasi dengan kondisi geografis dan sosial-ekonomi Indonesia, sehingga lebih mudah diadopsi oleh petani di berbagai wilayah. Sinergi antara modernisasi pertanian dan perakitan teknologi akan menjadi kunci utama dalam meningkatkan kesejahteraan petani, memperkuat ketahanan pangan nasional, serta menjadikan Indonesia pemain utama dalam sektor pertanian global.
Modernisasi Pertanian: Transformasi Menuju Pertanian Berbasis Teknologi
Modernisasi pertanian adalah proses peningkatan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian melalui penerapan teknologi, inovasi, serta pendekatan bisnis berbasis data. Konsep ini mencakup berbagai aspek, mulai dari mekanisasi, penggunaan pertanian presisi, hingga penerapan pertanian digital. Negara-negara seperti Jepang dan Belanda telah berhasil menerapkan sistem pertanian modern yang memungkinkan peningkatan hasil panen secara signifikan dengan input yang lebih rendah. Untuk tetap kompetitif dalam sektor pertanian global, Indonesia harus segera mengadopsi pendekatan serupa, menyesuaikannya dengan kondisi geografis, sosial, dan ekonomi lokal.
Salah satu elemen penting dalam modernisasi pertanian adalah mekanisasi, yaitu penggunaan alat dan mesin dalam proses produksi pertanian guna meningkatkan efisiensi serta mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia. Traktor, alat panen modern, dan sistem irigasi otomatis telah terbukti meningkatkan produktivitas pertanian di banyak negara maju. Namun, di Indonesia, penggunaan alat-alat ini masih belum merata, terutama di daerah terpencil. Adopsi mekanisasi yang lebih luas tidak hanya akan mempercepat waktu panen dan mengurangi biaya tenaga kerja, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani dengan hasil yang lebih optimal.
Selain mekanisasi, modernisasi pertanian juga berkaitan erat dengan digitalisasi, yang memungkinkan petani untuk mengelola usaha tani mereka dengan lebih akurat dan efisien. Teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), big data, serta sensor pertanian telah merevolusi cara pertanian dijalankan di berbagai negara. Beberapa startup pertanian di Indonesia telah mulai mengembangkan platform berbasis digital yang memungkinkan petani memantau kelembaban tanah secara real-time, memperkirakan waktu tanam yang optimal, serta mengelola distribusi air secara lebih efisien.
Namun, tantangan utama dalam implementasi modernisasi pertanian adalah akses terhadap teknologi dan keterampilan petani dalam menggunakannya. Banyak petani kecil masih kesulitan mengakses alat-alat pertanian modern karena keterbatasan modal, infrastruktur, dan minimnya pelatihan. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan inovasi pertanian bersifat inklusif dan menjangkau semua lapisan masyarakat. Jika tidak, modernisasi hanya akan dinikmati oleh segelintir kelompok, sementara sebagian besar petani tetap tertinggal. Oleh karena itu, program pelatihan berbasis komunitas serta kemitraan dengan sektor swasta menjadi solusi yang harus segera diwujudkan untuk mempercepat adopsi teknologi oleh petani kecil.
Perakitan Teknologi: Membangun Solusi Spesifik untuk Pertanian Indonesia
Perakitan teknologi dalam konteks pertanian adalah proses seleksi, pengembangan, dan adaptasi teknologi pertanian agar sesuai dengan kondisi agroekologi, sosial-ekonomi, serta kebutuhan lokal petani. Tidak semua inovasi yang sukses di negara lain dapat langsung diterapkan di Indonesia tanpa modifikasi. Faktor-faktor seperti iklim tropis, jenis tanah yang bervariasi, pola curah hujan, serta kebiasaan budidaya masyarakat harus menjadi pertimbangan utama dalam proses adaptasi teknologi. Oleh karena itu, pendekatan berbasis penelitian dan pengembangan (R&D) menjadi kunci utama dalam memastikan bahwa teknologi yang diadopsi benar-benar efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia.
Di Indonesia, perakitan teknologi telah dilakukan dalam berbagai aspek pertanian, mulai dari pengembangan varietas unggul, sistem pertanian presisi, hingga teknologi irigasi hemat air. Inovasi seperti padi hibrida, pupuk organik berbasis mikroba, serta teknik konservasi tanah dan air telah dikembangkan oleh berbagai lembaga penelitian dan universitas. Namun, salah satu tantangan terbesar adalah menghubungkan hasil riset dengan kebutuhan nyata di lapangan. Banyak petani yang masih kesulitan mengakses teknologi baru karena kurangnya informasi, keterbatasan modal, serta minimnya pendampingan dalam implementasi. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan sinergi antara akademisi, pemerintah, dan sektor swasta dalam mempercepat transfer teknologi dari laboratorium ke lahan pertanian.
Perakitan teknologi juga berkaitan erat dengan konsep ekonomi sirkular dalam pertanian, yang berfokus pada pemanfaatan kembali limbah untuk menciptakan nilai tambah. Limbah pertanian dan perkebunan yang selama ini dianggap tidak bernilai dapat diolah menjadi sumber energi terbarukan atau bahan baku industri lainnya. Misalnya, program konversi limbah sawit dan tebu menjadi bioetanol telah menunjukkan hasil positif di beberapa daerah seperti Sumatera dan Kalimantan. Selain mengurangi dampak lingkungan, model ini juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani. Jika konsep ekonomi sirkular dapat diperluas dan diintegrasikan dengan kebijakan pertanian berkelanjutan, maka sektor pertanian Indonesia tidak hanya akan lebih efisien tetapi juga lebih ramah lingkungan.
Sinergi Kebijakan, Teknologi, dan SDM Pertanian
Pemerintah harus mengambil peran lebih aktif dalam mendorong riset dan pengembangan (R&D) serta memberikan insentif bagi petani yang berani berinovasi. Langkah-langkah strategis seperti kebijakan agraria yang lebih fleksibel, akses kredit yang lebih mudah, serta peningkatan infrastruktur digital di pedesaan harus segera diwujudkan agar modernisasi pertanian dapat berjalan efektif. Tanpa adanya langkah konkret ini, potensi besar dalam pertanian digital dan mekanisasi akan sulit diimplementasikan di lapangan, terutama bagi petani kecil yang masih menghadapi keterbatasan akses terhadap teknologi dan permodalan.
Selain itu, regenerasi petani menjadi tantangan serius yang perlu segera diatasi. Rata-rata usia petani Indonesia kini berada di atas 45 tahun, sementara generasi muda semakin menjauhi sektor pertanian karena dianggap kurang menjanjikan secara ekonomi. Negara seperti Jepang telah membuktikan bahwa petani muda dapat menjadi ujung tombak pertanian modern melalui dukungan pendidikan berbasis teknologi.
Pada akhirnya, modernisasi pertanian bukan hanya tentang meningkatkan produksi, tetapi juga membangun ekosistem pertanian yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global. Dengan strategi yang tepat, Indonesia berpeluang tidak hanya menjadi lumbung pangan nasional, tetapi juga pemain utama dalam ekonomi hijau global. Sinergi antara modernisasi pertanian, perakitan teknologi, digitalisasi, dan mekanisasi akan memperkuat daya saing sektor ini.
Teknologi Pertanian Modern untuk Petani Milenial
Teknologi modern yang digunakan dalam bidang pertanian memudahkan petani berbudidaya sehingga kegiatan berusahatani berjalan lebih efisien. Selain itu, teknologi tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi petani milenial agar mau terjun ke dunia pertanian.
Teknologi pertanian adalah alat, cara atau metode yang digunakan dalam mengolah atau memproses input pertanian sehingga menghasilkan output atau hasil pertanian yang berdaya guna dan berhasil guna baik berupa produk bahan mentah, setengah jadi maupun siap pakai. Sebagai negara agraris, para petani Indonesia tentu mengenal alat pertanian seperti halnya negara-negara agraris lainnya baik tradisional maupun modern.
Secara umum, alat-alat pertanian modern terbagi menjadi empat kategori. Pertama, alat pertanian yang digunakan dalam memproduksi benih atau bibit. Kedua, alat pertanian yang digunakan untuk menanam benih atau bibit dan proses budidayanya. Ketiga alat pertanian yang digunakan saat memanen dan mengolah hasil. Keempat, teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk memasarkan produk pertanian secara berkelompok atau bersama-sama dengan petani lain, agar lebih hemat secara biaya dan memperoleh kepastian pasar.
Macam-macam teknologi yang saat ini dapat digunakan di sektor pertanian yaitu:
- Traktor adalah alat pertanian yang paling sering digunakan untuk melakukan pengolahan tanah. Traktor memiliki 2 jenis, yaitu traktor dengan roda rantai yang biasa digunakan pada kondisi tanah berlumpur dan traktor dengan roda dua yang biasa digunakan pada kondisi tanah kering.
Garu piring biasanya digunakan untuk pengolahan tanah sebelum tanam, yaitu untuk membersihkan rumput pada lahan tanam. Selain itu,digunakan juga saat pengolahan sesudah tanam, yaitu untuk menutupi benih yang telah disebar dengan tanah.
- Bajak subsoil adalah alat yang biasanya digunakan untuk memecahkan tanah hingga kedalaman 20 hingga 36 inci untuk parit pada lahan tanam.
- Rotavator adalah salah satu alat yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah pertama dan kedua. Untuk pengolahan tanah pertama berguna untuk memotong, mencacah, dan membolak -balikan tanah. Sementara itu, untuk pengolahan tanah kedua, alat ini digunakan untuk merapikan tanah, menghilangkan tanaman pengganggu, dan untuk memperbaiki tata air.
- Bajak singkal merupakan alat pengolah tanah yang berfungsi untuk membolakbalikkan tanah. Terdapat 2 jenis bajak singkal, yaitu bajak singkal 1 arah dan bajak singkal 2 arah.
- Garu sisir digunakan untuk pengolahan tanah setelah pengolahan menggunakan bajak singkal. Biasanya alat ini digunakan pada sawah saat dalam keadaan basah agar tanah yang dalam bentuk bongkahan dapat gembur.
- Transplanter, alat untuk menanam padi. Bertani tidak harus berlumpur, bahkan menggembalakan sapi dan kerbau untuk mengolah sawah. Transplanter merupakan salah satu alat modern yang direkomendasikan oleh Kementerian Pertanian
- Drone, melakukan penyemprotan pupuk, pestisida, atau herbisida di lahan pertanian karena saat ini sudah ada drone atau Unmanned Aerial Vehicles (UAV) adalah pesawat tanpa awak. Alat ini dikendalikan oleh seseorang yang disebut dengan pilot drone. Sang pilot bertugas untuk mengendalikan drone dari jauh melalui remote control yang sudah terkoneksi dengan UAV ini.
- Combine Harvesteryaitu alat untuk panen padi yang memudahkan dalam proses pemotongan hingga pengantongan padi.
- Mesin Pemetik Kapas, Mesin Pemanen Kentang, Mesin Pemanen Jagung, Mesin Pemanen Tebu, dan lain-lain.
- Mesin pemilih bibit yang digunakan untuk tahap seleksi bibit unggul, untuk mempermudah pemilihan benih yang akan dijadikan bibit setelah panen, sehingga petani tidak perlu memilih secara manual.
- Bertanam dalam hidrogel yaitu bahan poliester yang mempunyai daya serap terhadap air sangat tinggi, menggunakan air melalui cara tanam hidroponik atau Rockwool adalah sekumpulan serat berbentuk busa yang terbuat dari lelehan batu gunung berapi seperti batu basalt.
- Pemasaran secara virtual, membantu saat panen melimpah.
Teknologi pertanian yang semakin canggih, lebih modern dan praktis membuat segala kegiatan menjadi lebih mudah, dengan teknologi tersebut bagi petani milenial kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan bisnis pertanian sehingga menjadi petani mampu hidup sejahtera dan merupakan profesi yang menjanjikan.(WD)
Sumber:
Petani Milenial, Petani Tidak Harus Kotor/ Amata Fami…[et al.]. 2021