Beranda blog

Resmi Dilantik, DPD Tani Merdeka Indonesia Gresik Siap Dukung Swasembada Pangan

GRESIK – Resmi dilantik, pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Tani Merdeka Indonesia (TMI) Kabupaten Gresik siap mendukung swasembada pangan nasional. Pelantikan itu digelar di Aula Putri Mijil, Pendopo Bupati Gresik, Minggu (27/4/2025).

Ketua DPD TMI Kabupaten Gresik, Yuyun Wahyudi mengungkapkan jika organisasinya siap mengakomodir kepentingan petani sehingga terwujud swasembada pangan nasional.

Ia menegaskan bahwa para pengurus yang baru dilantik berkomitmen tinggi untuk mengimplementasikan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani Gresik.

“Alhamdulillah kita berkomitmen mengimplementasikan program demi kesejahteraan petani. Kita akan menjunjung tinggi kepentingan petani dan terus mendorong kemajuan pertanian di Gresik,” ungkapnya.

Tani Merdeka Indonesia sendiri merupakan organisasi kemasyarakatan yang fokus pada peningkatan kesejahteraan dan kemandirian petani.

“Selain memperjuangkan hak-hak petani, organisasi ini juga aktif memberikan pelatihan, akses pasar, hingga teknologi pertanian inovatif demi memperkuat ketahanan pangan,” ujar Yuyun, yang merupakan anggota DPRD Gresik Fraksi Gerindra.

Ketua Umum DPP Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir, menyampaikan arahannya kepada Pengurus TMI Gresik. TMI tidak hanya bergerak di sektor pertanian, tetapi juga peternakan, perikanan, dan hortikultura.

“Kita harus mengakomodir seluruh kelompok tani tanpa pilih kasih. Bantuan harus benar-benar sampai kepada petani, mari bekerja nyata di lapangan,” tuturnya.

Pihaknya juga mengingatkan pentingnya memperkuat struktur organisasi hingga ke tingkat desa. Ia menargetkan TMI Gresik memiliki 300 struktur di 356 desa yang ada. “Kita bukan organisasi papan nama. Tapi organisasi yang mengakomodir kepentingan masyarakat Gresik,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Gresik, dr. Asluchul Alif, menyampaikan apresiasinya terhadap kehadiran TMI di Gresik.  TMI Gresik, kata Alif telah berhasil melakukan MoU dengan Bulog terkait penyerapan gabah.

Meski begitu, dr Alif meminta TMI untuk memastikan agar Bulog membeli gabah dengan harga minimal Rp 6.500 perkilo. Serta memastikan pupuk tersedia sesuai kebutuhan.

“TMI juga kalo bisa miliki unit selep sendiri untuk membantu penyerapan dan pengolahan beras petani lokal. Sehingga Gresik bisa menjadi salah satu pionir ketahanan pangan di Indonesia,” tutupnya.

Tinjau Lahan Kaliandra di Tegal, Don Muzakir: Kita Dukung Energi Terbarukan Presiden Prabowo

0

TANI MERDEKA – Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir, meninjau langsung lahan yang telah ditanami pohon Kaliandra di Desa Dukuhtengah, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pada Selasa, 29 April 2024.

Penanaman kaliandra ini merupakan bagian dari kerja sama antara Tani Merdeka Indonesia dengan Kementerian Pertanian dan PT PLN, dalam rangka mendukung program energi terbarukan nasional.

Usai berdialog dengan para pengurus DPD Tani Merdeka Kabupaten Tegal, Don Muzakir menyempatkan diri melihat langsung kondisi lahan seluas 60 hektare yang telah ditanami kaliandra. Di lahan tersebut, petani juga menanam jagung dan cabai dengan sistem tumpangsari, sambil menunggu masa panen kaliandra.

Menurut Don Muzakir, program ini sejalan dengan visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan tanpa merusak lingkungan.

“Penanaman kaliandra ini bukan hanya untuk penghijauan, tetapi juga sebagai sumber energi biomassa yang ramah lingkungan. Ini bentuk dukungan kami terhadap program Presiden Prabowo dalam bidang energi terbarukan,” kata Don Muzakir di sela-sela kunjungan.

Ia menambahkan, kolaborasi antara petani, pemerintah, dan BUMN seperti PLN harus terus diperkuat agar Indonesia bisa mandiri dalam energi sekaligus menjaga keseimbangan alam.

“Harapan kita, program seperti ini bisa terus berkembang di daerah lain, sehingga petani kita tidak hanya mengandalkan hasil panen pangan, tapi juga bisa berkontribusi pada ketahanan energi nasional,” ujarnya.

Tani Merdeka Indonesia, lanjut Don Muzakir, akan terus mengawal dan memperluas program-program serupa agar manfaatnya dirasakan langsung oleh petani dan masyarakat di berbagai daerah.

“Kita ingin petani sejahtera, lingkungan tetap terjaga, dan bangsa ini punya energi yang berkelanjutan,” pungkasnya.[]

Tani Merdeka Aceh dan Bulog Sepakat Bangun Kerjasama Dukung Ketahanan Pangan

0

TANI MERDEKA – DPW Tani Merdeka Indonesia Provinsi Aceh menjajaki kerjasama dengan Perum Bulog Wilayah Aceh untuk memperkuat program ketahanan pangan di Aceh. Audiensi ini berlangsung di Kantor Wilayah Bulog Aceh pada Selasa, 29 April 2025.

Ketua DPW Tani Merdeka Indonesia Provinsi Aceh, Cut Muhammad, bersama jajaran pengurusnya disambut langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Perum Bulog Aceh, Ihsan.

Cut Muhammad menyampaikan Tani Merdeka Indonesi Provinsi Aceh siap bersinergi dengan Bulog dalam menguatkan rantai pasok pangan, khususnya gabah dan kebutuhan pokok lainnya.

Ia juga menegaskan kerjasama ini penting untuk memastikan hasil panen petani Aceh bisa terserap dengan baik dan menguntungkan petani.

“Kami ingin memastikan bahwa petani Aceh mendapat perlindungan, baik dari sisi harga jual maupun ketersediaan pasar. Dengan kerjasama ini kita bisa mengontrol harga beli gabah dari petani yang diintruksi oleh Presiden Prabowo sebesar Rp 6.500 per kilo, kita berharap bisa mendorong kesejahteraan petani sekaligus menjaga ketahanan pangan daerah,” ujar Cut Muhammad.

Ia juga menambahkan, Tani Merdeka Indonesia mendukung penuh program Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Menurutnya, sinergi antara petani dan Bulog adalah kunci agar Aceh menjadi daerah yang mandiri dalam pangan.

Sementara itu, Kepala Kanwil Perum Bulog Aceh, Ihsan, menyambut baik kehadiran pengurus Tani Merdeka. Ia mengapresiasi semangat organisasi Tani Merdeka Indonesia ini dalam mendukung petani dan menjaga ketersediaan pangan.

“Kami sangat menyambut baik inisiatif dari Tani Merdeka. Bulog siap bekerja sama untuk membantu pelaksanaan program Presiden Prabowo Subianto dalam menjaga ketahanan pangan di Aceh,” kata Ihsan.

Menurut Ihsan, kolaborasi ini bisa mencakup penyerapan gabah, distribusi pangan, hingga pembinaan petani untuk peningkatan kualitas produksi.

Dengan pertemuan ini, kedua pihak sepakat untuk segera menyusun langkah teknis agar kerjasama bisa segera dijalankan demi kepentingan petani dan masyarakat Aceh secara luas.[]

DPD Tani Merdeka Kendal Dorong Petani Beralih ke Pupuk Organik

0

TANI MERDEKA – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Tani Merdeka Indonesia Kabupaten Kendal terus mendorong petani untuk meninggalkan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan tanah di masa depan.

Tidak hanya memberikan edukasi, DPD Tani Merdeka Indonesia Kendal juga langsung mempraktikkan penggunaan pupuk organik. Salah satunya dengan merawat 14 pohon alpukat milik warga di Parakan, Kecamatan Rowosari, menggunakan pupuk organik hayati bermerek Ultragen.

Sekretaris DPD Tani Merdeka Kabupaten Kendal, Nur Faizin, mengatakan perubahan pola pikir petani sangat penting agar pertanian tetap berkelanjutan.

“Untuk kelestarian alam, kita harus mulai menggunakan pupuk organik. Hari ini kami aplikasikan pupuk organik hayati di tanaman alpukat, bekerja sama dengan Ultragen,” kata Faizin saat kegiatan berlangsung, pada Jumat, 25 April 2025.

Faizin menjelaskan, pupuk organik tidak hanya meningkatkan hasil pertanian dalam jangka pendek, tetapi juga menjaga kualitas tanah untuk jangka panjang. Selain itu, hasil pertanian dari pupuk organik lebih sehat untuk dikonsumsi.

Ia menambahkan, penggunaan pupuk Ultragen juga membantu menghemat biaya.

“Menggunakan Ultragen bisa mengurangi biaya pupuk sampai 50 persen dibandingkan pupuk kimia, tapi hasil panennya tetap maksimal. Ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya.

Menurut Faizin, pupuk Ultragen tidak hanya cocok untuk tanaman alpukat, tapi juga untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai. Biaya perawatan satu pohon alpukat dengan pupuk ini hanya sekitar Rp 2.500.

Sementara itu, perwakilan dari Ultragen, Supriyono, menjelaskan bahwa pupuk organik ini tidak membunuh hama, melainkan menekan populasinya secara alami.

“Ultragen memberi makan hama supaya mereka kenyang lebih lama dan tidak merusak tanaman. Kami menyebutnya suplemen astronot untuk hewan,” kata Supriyono.

Supriyono juga menyebutkan, biaya penggunaan pupuk organik jauh lebih hemat. Jika menggunakan pupuk kimia untuk satu hektare lahan bisa menghabiskan Rp 6 juta, dengan Ultragen cukup sekitar Rp 1,5 juta.

Dengan gerakan ini, DPD Tani Merdeka berharap makin banyak petani di Kendal yang beralih ke pupuk organik demi pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.[]

Tani Merdeka Indonesia dan SQUAD Nusantara Kompak Dukung Ketahanan Pangan di Pekalongan

0

TANI MERDEKA – Dalam upaya mendukung program ketahanan pangan nasional, DPD Tani Merdeka Kota Pekalongan dan DPC SQUAD Nusantara Kabupaten Pekalongan bekerja sama membersihkan lahan untuk penanaman pohon dalam program urban farming. Kegiatan ini berlangsung di Tirto, pada Minggu, 27 April 2025.

Ketua DPD Tani Merdeka Kota Pekalongan, Mungki Retno Sari atau yang akrab disapa Kikie, mengajak seluruh anggota untuk terus bersinergi dan bekerja sama dengan solid.

Ia menekankan pentingnya mendukung dan menjalankan program-program Presiden Prabowo Subianto demi meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat di Pekalongan.

“Kami berharap sinergi ini bisa mempercepat terwujudnya visi Presiden Prabowo terkait ketahanan pangan. Kami ingin berkontribusi dalam meningkatkan produksi beras dan memperkuat ketahanan pangan di daerah kami,” ujar Kikie.

Di sisi lain, Ketua DPC SQUAD Nusantara Kabupaten Pekalongan, Andi Wibowo, juga menyampaikan rasa senangnya atas kerja sama ini.

Ia berharap kolaborasi antara kedua organisasi ini bisa terus berjalan dengan kompak dan saling mendukung.

“Kami sangat senang bisa bersinergi dengan Tani Merdeka. Semoga kerja sama ini terus berlanjut dan bisa memberikan dampak positif dalam meningkatkan ketahanan pangan di Pekalongan,” kata Andi.

Melalui kerjasama ini, Tani Merdeka Indonesia dan SQUAD Nusantara berkomitmen mendukung penuh program ketahanan pangan Presiden Prabowo Subianto, dengan harapan masyarakat dan petani di Pekalongan bisa semakin sejahtera.[]

DPD Tani Merdeka Kabupaten Semarang Gelar Rakerda, Don Muzakir: Petani Ujung Tombak Ketahanan Pangan

0

TANI MERDEKA – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Tani Merdeka Indonesia Kabupaten Semarang menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) dengan tema “Menuju Ketahanan Pangan dan Petani Sejahtera Menyongsong Indonesia Emas 2045,” pada Senin, 28 April 2025.

Rakerda ini dihadiri oleh seluruh pengurus DPD, para petani, serta Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir.

Don Muzakir menegaskan pentingnya peran petani dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Ia mengatakan, sektor pertanian harus diperkuat agar Indonesia mampu menjadi negara yang mandiri dan sejahtera pada 2045.

“Petani adalah ujung tombak ketahanan pangan kita. Kita harus mulai dari sekarang memperkuat sektor ini agar Indonesia kokoh di masa depan,” ujar Don Muzakir.

Ia juga mengajak seluruh anggota Tani Merdeka untuk bersinergi dengan pemerintah dan memanfaatkan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas.

“Modernisasi pertanian itu penting. Kita harus bisa beradaptasi dengan teknologi agar hasil panen semakin baik dan kehidupan petani makin sejahtera,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Don Muzakir juga menyatakan Tani Merdeka Indonesia mendukung penuh program ketahanan pangan yang dijalankan Presiden Prabowo Subianto. Ia menyebutkan bahwa sejak Prabowo memimpin, para petani mulai merasakan hasil nyata.

“Kami mengapresiasi langkah Presiden Prabowo dalam bidang ketahanan pangan. Sekarang hasil panen mulai meningkat, dan harga gabah petani sudah mencapai Rp6.500 per kilogram. Ini bukti nyata perhatian pemerintah kepada petani,” tegas Don.

Menurutnya, peningkatan harga gabah tersebut sangat membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan membangun optimisme baru di sektor pertanian.

Rakerda ini juga membahas program kerja DPD Tani Merdeka Kabupaten Semarang ke depan, termasuk pelatihan, pendampingan, serta kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkuat posisi petani lokal.

Suasana rapat berjalan penuh semangat. Para petani berharap, Tani Merdeka terus menjadi garda depan dalam memperjuangkan hak-hak petani dan membantu meningkatkan taraf hidup mereka.

Rakerda ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan mewujudkan petani yang lebih sejahtera di Kabupaten Semarang.[]

Agar Diversifikasi Pangan Tak Sebatas Jargon

0

PANGAN adalah kebutuhan dasar bagi setiap orang. Menjadi hak bagi setiap warga negara untuk mendapatkannya. Bahkan dalam traktat Hak Asasi Manusia (HAM), pangan menjadi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan dilindungi oleh negara. Dengan seperti itu, negara berkewajiban memastikan ketersediaan, akses, dan kelayakan pangan rakyatnya.

Tujuan akhir pemenuhan pangan adalah terbentuknya masyarakat yang sehat. Negara yang abai akan pemenuhan pangan rakyatnya adalah negara gagal. Oleh karena itu, pangan adalah hidup matinya suatu bangsa.

Beras masih menjadi pilihan utama sumber karbohidrat yaitu 98,5 persen orang Indonesia menjadikannya makanan pokok. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan rata-rata konsumsi beras selama periode 2010 – 2023 sebesar 1,86 kg/kapita/minggu atau setara dengan 97,09 kg/kapita/tahun. Angka tersebut terbilang tinggi, sebab standar konsumsi yang direkomendasikan FAO berkisar 60-65kg/kapita/tahun.

Dalam periode waktu 2010-2023 terjadi penurunan konsumsi beras dengan rata-rata penurunan sebesar 0,59% per tahun. Terkecuali tahun 2011, 2015 dan 2016 mengalami kenaikan signifikan masing-masing 2,11%, 1,15%, dan 2,26% dibandingkan tahun sebelumnya.

Konsumsi beras tertinggi terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 102,87 kg/kapita/tahun. Setelah itu, konsumsi beras cenderung menurun hingga tahun 2023 sebesar 93,79 kg/kapita/tahun.

Ketergantungan pada beras dan disatu sisi produksi dalam negeri tidak mencukupi membuat negara setiap tahunnya mengeluarkan triliunan rupiah untuk mengimpor beras sejak Indonesia mencapai swasembada beras tahun 1984.

Ditengah produksi dan produktifitas beras yang stagnan, diversifikasi pangan baik produksi maupun diversifikasi konsumsi adalah jalan keluar yang tepat sehingga terbangun sistem pangan nasional yang kuat dan berkelanjutan. Sebagai pengingat, dalam berbagai episode peradaban termasuk Nusantara, kedaulatan pangan bisa tercapai dan terjaga karena diversifikasi pangan.

Sekilas Kebijakan Diversifikasi

Kebijakan diversifikasi pangan sudah ada sejak Orde Baru. Melalui Inpres No 14 Tahun 1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (PMMR) dan disempurnakan melalui Inpres No 20 Tahun 1979 dimaksudkan mendorong masyarakat mengkonsumsi makanan beragam dan meningkatkan mutu gizi makanan.

Dan kesadaran akan perlunya diversifikasi makin terasa sejak 1985 atau setahun setelah Indonesia mendapatkan penghargaan dari FAO karena keberhasilannya berswasembada beras. Keberhasilan ini tidak berlangsung lama, sejak 1985 Indonesia menjadi importir beras.

Pemerintah kemudian menggagas program Gerakan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA). Tahun 1990-an dimulai kampanye “makan selain beras” — sagu, jagung, umbi-umbian melalui Program Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG) yang dikerjakan Departemen Pertanian. Program tersebut bertujuan mendorong ketahanan pangan rumah tangga dan mendorong kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang beranekaragam dan bermutu gizi seimbang.

Diakhir-akhir kekuasaanya, Soeharto mengeluarkan UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang didalamnya mulai memasukkan prinsip diversifikasi pangan. Realitasnya berbagai kebijakn tersebut jauh dari kata sukses. Sebab budaya makan nasi sudah terlalu kuat dan tidak ada insentif besar untuk tanaman selain padi.

Berlanjut di era Reformasi, melalui Kepres No 136 Tahun 1999 dibentuk Badan Urusan Ketahanan Pangan (BUKP) dengan tugas utama melaksanakan pengkajian dan pengembangan ketahanan pangan, termasuk didalamnya mendorong pangan-pangan lokal untuk dikembangkan sebagai bagian integral dari upaya diversifikasi pangan.

Tahun 2000-2003 BUKP dan Sekretariat Pengendali (Setdal) Bimas dilebur menjadi Badan Bimas Ketahanan Pangan (BBKP) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 yang mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pengembangan dan koordinasi pemantapan ketahanan pangan.

Di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), 2004 BBKP berubah menjadi Badan Ketahanan Pangan (BKP) dan badan ini berakhir tahun 2021 karena Presiden Joko Widodo membentuk Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2021 dimana tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh BKP diintegrasikan menjadi tugas dan fungsi Bapanas.

Di masa SBY juga dibuat Rencana Aksi Nasional Diversifikasi Pangan Lokal (RAN-DPL) 2005-2015. Diikuti dengan Perpres No 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Perpres ini memberi pengarahan penganekaragaman pangan dilakukan dengan berbagai upaya secara sistematis dan terintegrasi. Kemudian ditindaklanjuti dengan peraturan yang operasional melalui Permentan No 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal.

Sebagai bentuk keberlanjutan program P2KP berbasis Sumber Daya Lokal, pada tahun 2014 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL); model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), serta sosialisasi dan Promosi P2KP. Melalui 3 kegiatan ini harapannya meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA).

Pemerintahan SBY juga mencabut UU No 7/1996 melalui UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang makin memperkuat upaya diversifikasi pangan. Lagi-lagi semua kebijakan dan kegiatan diatas tidak berjalan maksimal, konsumsi beras tetap tinggi.

Dimasa Joko Widodo, melalui Perpres No 45 Tahun 2015 tentang Kementrian Pertanian sebagaiman diubah dengan Perpres No 117 Tahun 2022 dan dicabut dengan Perpres No 192 Tahun 2024 yang salah satu tugasnya adalah menyelenggarakan koordinasi dan perumusan kebijakan di bidang peningkatan diversifikasi dan pemantapan ketahanan pangan.

Bahkan dimasa pandemi Covid-19, wacana diversifikasi pangan semakin kuat, beberapa program dicetuskan, diantaranya Kementerian Pertanian (2020) menggalakan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal; pengembangan lumbung pangan lokal seperti sagu di Papua, sorgum di NTT, dan porang di Sulawesi yang mana hasilnya belum terlihat hingga kini.

Dapat dikatakan sejak presiden era Soeharto sampai Joko Widodo, semuanya menjanjikan program diversifikasi pangan namun hampir tidak ada yang bisa berjalan maksimal karena berbagai tantangan baik secara sosial-budaya, inovasi, kebijakan hingga kelembagaan.

Tantangan

Secara sosial dan budaya, konsep makan pada sebagian mayoritas masyarakat Indonesia adalah makan nasi. Bahkan, ada ungkapan “belum makan, kalau belum makan (mengkonsumsi) nasi beras” meskipun sudah makan roti, lontong atau panganan lain. Pola pikir ini tertanam kuat di tengah masyarakat.

Makan nasi sejak dulu kala sudah tertanam kuat dalam masyarakat Indonesia pra modern. Pola pikir ini terus berlanjut lintas generasi dan pada akhirnya melahirkan stigma sosial mengenai konsep makan.

Dengan kata lain, urusan makan telah menjadi status sosial di masyarakat. Dalam perspektif ini, beras dalam pandangan masyarakat memiliki status sosial tinggi, sebaliknya pangan non beras tidak lebih unggul daripada beras. Misalnya nasi jagung atau nasi singkong dianggap masyarakat miskin. Kemiskinan adalah status sosial yang cenderung dihindari oleh masyarakat.

Persoalan pengolahan juga menjadi kendala dalam mensukseskan program diversifikasi pangan. Membuat nasi beras lebih mudah, praktis, dan tidak memakan waktu lama, jika dibandingkan dengan membuat nasi singkong atau nasi jagung.

Terakhir pendapatan rumah tangga. Masyarakat yang secara ekonomi lebih mapan akan memiliki preferensi pilihan menu makanan lebih beragam dibandingkan masyarakat yang secara ekonomi sedang atau miskin.

Hasil kajian yang dilakukan Yani (2019) dalam “Analisis Tingkat Pendapatan pada Rumah Tangga terhadap Pilihan Pangan” menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan. Bahkan, studi yang dilakukan oleh Kusumayanti dan Zurrahmi (2020) menunjukkan adanya hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi balita.

Oleh karena itu, rumah tangga dengan penghasilan lebih tinggi akan memiliki aksesibilitas terhadap keragaman sumber pangan yang lebih berkualitas dengan mengurangi konsumsi beras. Singkatnya, persoalan pendapatan rumah tangga juga mempengaruhi pola pikir dan pola makan masyarakat.

Agenda Kedepan

Diperlukan akselerasi untuk memastikan program diversifikasi pangan berjalan aktual. Permulaannya ditempuh dengan peningkatan produksi-produktifitas pangan lokal – petani difasilitasi untuk menanam pangan non beras sesuai dengan potensi dan budaya daerah masing-masing. Bentuk fasilitasi: bantuan bibit, pupuk, teknologi pertanian, dan pendampingan penyuluh.

Kemudian memperkuat inovasi produk pangan dengan cara membangkan olahan pangan lokal menjadi produk kekinian misalnya menjadi mie sagu, snack umbi-umbian, roti sorgum dan sebagainya dengan melibatkan peran industri makanan dan kreator kuliner termasuk peran chef untuk membuat pangan lokal lebih menarik. Saat bersamaan memperbaiki rantai pasok dan distribusi yang kuat supaya produk lokal mudah diakses di pasar modern, e-commerce hingga restoran.

Selanjutnya memperkuat sosialisasi program diversifikasi pangan yang dilakukan secara massif diberbagai kanal strategis: platform media sosial lebih efektif dibandingkan saluran konvensional mengingat masyarakat Indonesia salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar di dunia.

Laporan Hootsuite (We are Social): Data Digital Indonesia 2024 jumlah pengguna media sosial aktif sebesar 167 juta orang atau 60,4% dari total penduduk Indonesia 276,4 juta. Sementara pengguna internet jumlahnya mencapai 212,9 juta (77% dari total penduduk). Kanal-kanal seperti gerakan komunitas juga perlu diadaptasi lebih masif.

Agenda program diversifikasi pangan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sejak usia dini hingga perguruan tinggi. Hal ini untuk merubah pola pikir dan budaya konsumi yang sehat dan bergizi. Lembaga pendidikan memiliki nilai strategis dalam menanamkan nilai-nilai makanan yang beragam, tidak terbatas pada pengertian makan nasi. Singkatnya diversifikasi pangan melalui intervensi pendidikan dikerjakan secara sistemik dan struktural.

Tak kalah pentingnya adanya badan koordinasi nasional program diversifikasi pangan. Implementasi diversifikasi pangan perlu melibatkan berbagai pihak (kolaborasi). Badan ini kemudian mengorkestrasi kebijakan afirmatif pemerintah misalnya skema mewajibkan minimal 30% bahan pangan lokal harus tersedia di instansi pemerintah – BUMN, dan kantor-kantor pemerintahan sampai di level Desa serta berikan proteksi harga minimum untuk produk pangan lokal supaya petani untung. Karena tujuan akhir dari program diversifikasi pangan adalah bagaimana produk output yang dihasilkan dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat.

Penulis
Muhammad Irvan Mahmud Asia
Wakil Ketua Umum DPN Tani Merdeka Indonesia

Kepala BRMP Aceh Prihatin Bendungan Krueng Pase Mangkrak, Petani Aceh Utara Gagal Panen Bertahun-tahun

0

TANI MERDEKA – Kepala Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian Provinsi Aceh, Agus Susanto, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi para petani di Aceh Utara yang sudah bertahun-tahun tidak bisa menggarap sawah akibat proyek pembangunan Bendungan Krueng Pase yang belum rampung.

Dalam kunjungan kerjanya baru-baru ini, Agus meninjau langsung lokasi bendungan dan melihat sendiri lahan pertanian yang terbengkalai karena tidak mendapatkan pasokan air irigasi.

Menurutnya, situasi ini harus segera diatasi agar para petani bisa kembali bekerja dan menghasilkan panen seperti sebelumnya.

“Kasihan kita melihat petani. Sawah mereka tidak bisa dibajak karena tidak ada air. Sudah lima tahun petani gagal panen. Ini tentu sangat berdampak pada kehidupan mereka sehari-hari. Saya berharap persoalan Bendungan Krueng Pase ini bisa diselesaikan tahun 2025,” kata Agus Susanto saat berbicara di sela kunjungannya.

Langkah ini juga dilakukan sebagai tindak lanjut dari pernyataan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), saat menghadiri panen raya di Aceh Besar beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan itu, Mualem menekankan pentingnya mempercepat pembangunan infrastruktur pertanian, termasuk irigasi dan bendungan, demi mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di Aceh.

Dalam kunjungan itu, Agus tidak hanya meninjau fisik bendungan, tapi juga berdialog langsung dengan para petani di lapangan.

Ia mendengar keluhan para petani yang sudah bertahun-tahun hanya bisa pasrah karena tidak bisa menanam akibat saluran irigasi kering.

Kunjungan Agus ke Aceh Utara difasilitasi oleh Ketua DPW Tani Merdeka Indonesia Provinsi Aceh, Cut Muhammad.

Ia juga menyuarakan keresahan dan keprihatinan atas kondisi petani yang menurutnya menjadi korban dari ketidakpastian proyek bendungan yang tak kunjung selesai.

“Sudah 5 tahun petani di Aceh Utara tidak bisa turun ke sawah karena tidak ada air. Ini akibat kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, sehingga pembangunan Bendungan Krueng Pase terkatung-katung. Petani jadi korban dari ketidakpastian ini,” kata Cut Muhammad.

Menurut Cut Muhammad, kondisi ini bukan hanya berdampak pada hasil pertanian, tapi juga pada kehidupan petani secara keseluruhan. Banyak petani yang kehilangan mata pencaharian dan bahkan ada yang memilih meninggalkan profesinya karena tidak bisa bertahan.

“Ini bukan hanya soal gagal panen, tapi juga soal keadilan. Petani butuh kepastian dan keberpihakan. Pemerintah harus serius menyelesaikan bendungan ini,” tegas Cut Muhammad.

Para petani di Aceh Utara kini berharap besar agar pembangunan Bendungan Krueng Pase segera dirampungkan, sehingga mereka bisa kembali bercocok tanam dan mendapatkan penghasilan seperti dulu.

Wamentan Sudaryono Ajak Koperasi Tani Bersatu Lewat Koperasi Desa Merah Putih

0

TANI MERDEKA – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengajak koperasi tani di seluruh Indonesia untuk bekerja sama dengan Koperasi Desa Merah Putih.

Ia menyebut kerjasama ini penting untuk memperkuat ekonomi desa dan mempermudah petani dalam mengembangkan usahanya.

Menurut Sudaryono, koperasi tani bisa memanfaatkan forum musyawarah desa untuk membahas kerja sama dengan Koperasi Desa Merah Putih, sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing desa.

Saat ini, ada lebih dari 755 ribu kelompok tani dan 30 ribu gabungan kelompok tani di seluruh Indonesia. Namun, baru sekitar 5 ribu koperasi yang sudah berbadan hukum.

Sudaryono yakin, jika koperasi tani bergabung dengan Koperasi Desa Merah Putih, kekuatannya akan jauh lebih besar dalam mengelola usaha pertanian di desa.

Ia juga meminta para kepala desa ikut aktif bersama kelompok tani untuk merancang model koperasi yang sesuai dengan kondisi desa mereka.

Menurutnya, koperasi bisa membantu petani mendapatkan pupuk, menjual hasil panen, dan mengakses modal usaha.

Selain itu, koperasi juga bisa menjual bahan pangan pokok, membeli hasil panen petani sesuai harga yang ditetapkan pemerintah, serta menyediakan gudang penyimpanan dengan fasilitas penggilingan dan pengering. Sudaryono ingin koperasi menjadi alat yang bisa mempermudah kebutuhan petani di desa.

“Kementan mendukung penuh Koperasi Desa Merah Putih. Koperasi ini harus memberi manfaat besar untuk masyarakat desa, terutama petani,” kata Sudaryono.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas, menjelaskan bahwa pembentukan Koperasi Desa Merah Putih adalah bagian dari arahan Presiden Prabowo Subianto melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025.

Zulhas mengatakan, koperasi ini akan dibuat lengkap. Di dalamnya akan ada warung sembako, kantor koperasi, klinik, apotek, cold storage, dan fasilitas lainnya. Tujuannya agar barang dari produsen bisa langsung sampai ke desa tanpa melalui tengkulak.

“Gapoktan bisa bergabung ke koperasi ini. Kita ingin petani dapat harga yang adil dan hidup yang lebih sejahtera,” ujar Zulhas.

Ia menambahkan, skema penggabungan Koperasi Desa Merah Putih dengan koperasi yang sudah ada, termasuk Bumdes, masih akan dibahas lebih lanjut.[]

Bupati Pandeglang: Tani Merdeka Harus Kawal Program Pangan dan Sejahterakan Petani

0

TANI MERDEKA – Bupati Pandeglang Raden Dewi Setiani meminta Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Tani Merdeka Indonesia Kabupaten Pandeglang ikut mengawal program pemerintah untuk mewujudkan swasembada dan ketahanan pangan.

Hal ini disampaikan Bupati usai melantik pengurus DPD Tani Merdeka Indonesia Kabupaten Pandeglang periode 2025–2030 di Oproom Setda Pandeglang, pada Rabu, 23 April 2025.

“Pandeglang ini lumbung pangan Banten, bahkan nasional. Jadi kehadiran DPD Tani Merdeka harus bisa memberi kontribusi nyata untuk menjaga ketahanan pangan,” kata Dewi.

Ia juga menegaskan pentingnya memperhatikan kesejahteraan petani. Menurutnya, DPD Tani Merdeka harus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mewujudkan hal itu.

“Dengan hadirnya DPD Tani Merdeka, semoga menjadi harapan baru dan pelopor bagi para petani dalam mewujudkan kedaulatan pangan di Pandeglang,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPD Tani Merdeka Pandeglang, Kemih Kurniadi, menyatakan pihaknya siap langsung turun ke lapangan.

“Kami akan fokus meningkatkan produktivitas, kesejahteraan petani, dan kedaulatan pangan. Karena itu, kerja sama semua pihak sangat dibutuhkan agar swasembada pangan di Pandeglang bisa tercapai,” ujarnya.[]