Industri Tembakau Ekspansi, Produksi Rokok Oktober Naik 7,3 Persen

TANIMERDEKA – Kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan tarif cukai rokok pada 2026 dan peningkatan pemberantasan rokok ilegal memberi dampak positif bagi industri hasil tembakau.

“Industri tembakau mencatatkan ekspansi dengan produksi rokok pada bulan Oktober 2025 mencapai 27,9 miliar batang atau meningkat 7,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief dalam rilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI).

Menurut Febri, peningkatan produksi dipengaruhi pola rutin pemenuhan permintaan akhir tahun serta penyesuaian terhadap kebijakan cukai yang akan berlaku pada 2026.

Secara kumulatif Januari–Oktober 2025, produksi rokok tercatat 250,9 miliar batang, turun 1,91 persen dibanding periode sama 2024. Penurunan disebabkan maraknya rokok ilegal.

“Rokok ilegal ini tidak hanya merugikan negara, tetapi juga mengganggu iklim usaha. Kemenperin berkomitmen untuk terus memperkuat upaya pemberantasan rokok ilegal melalui koordinasi lintas kementerian dan lembaga,” kata Febri.

Febri menjelaskan sektor manufaktur tetap solid di tengah tekanan global. IKI November 2025 tercatat 53,45 poin, sedikit melambat dari Oktober 53,50 poin.

Meski turun tipis, IKI masih berada di zona ekspansi. Laporan SIINas mencatat sejumlah pelaku industri mulai membangun fasilitas baru yang diproyeksikan menopang PDB industri pengolahan nonmigas serta penyerapan tenaga kerja.

Perlambatan IKI dipengaruhi variabel produksi yang turun 1,08 poin menjadi 47,49, menandakan kontraksi enam bulan berturut-turut. Variabel persediaan tetap ekspansif di 56,19 meski turun 0,33 poin.

“Kontraksi pada variabel produksi ini dipengaruhi oleh pelaku industri yang mengambil sikap wait and see dalam meningkatkan output, seiring permintaan yang belum sepenuhnya pulih, serta tekanan eksternal lain seperti fluktuasi nilai tukar dan dinamika geopolitik yang berdampak pada rantai pasok global,” ujarnya.

Nilai IKI November ditopang variabel pesanan yang naik 0,68 poin menjadi 55,93. Permintaan domestik meningkat, sementara IKI ekspor turun 0,17 poin ke 54,18. IKI domestik naik 0,37 poin ke 52,71.

“Peningkatan pada pasar domestik ini menunjukkan rebound dari kebijakan pemerintah yang mendorong belanja dalam negeri, meskipun kita harus waspada terhadap risiko limpahan produk dari negara-negara yang terdampak perang tarif global,” ungkapnya.

Tingkat optimisme terhadap kondisi usaha enam bulan mendatang naik menjadi 71 persen dari 70,5 persen pada Oktober. Tingkat pesimisme turun dari 5,4 persen menjadi 5,2 persen.

Sebanyak 78 persen responden menyatakan kegiatan usaha membaik atau stabil. Dari jumlah itu, 31,8 persen menyebut usaha membaik, 46,2 persen stabil, dan 22 persen menilai menurun.

Kemenperin mencatat 22 dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas berada pada fase ekspansi dengan kontribusi 98,8 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas triwulan III 2025. Dua subsektor dengan IKI tertinggi yaitu industri pengolahan tembakau dan industri farmasi.

Febri menegaskan Kemenperin menjaga keberlanjutan ekspansi manufaktur melalui penguatan pasar domestik, jaminan energi dengan harga kompetitif, perlindungan impor lewat SNI, serta dukungan teknologi dan hilirisasi berbasis sumber daya lokal.

Ia juga menyampaikan dukungan terhadap kebijakan Presiden Prabowo Subianto.

“Kami mendukung langkah-langkah tegas yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat struktur industri nasional serta melindungi pelaku usaha dalam negeri dari berbagai tekanan global, seperti banjir impor dari Tiongkok dan dampak tarif resiprokal AS,” ungkapnya.

Kondisi makroekonomi turut menopang stabilitas industri. Inflasi terjaga di level 2,86 persen (yoy). Penjualan eceran September tumbuh 3,7 persen (yoy). Indeks Keyakinan Konsumen Oktober naik ke 121,2. Indeks PMI S&P Global Manufaktur Indonesia mencapai 51,2, menandakan ekspansi tiga bulan berturut-turut.

“Penguatan permintaan domestik ini menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan aktivitas industri, sekaligus menunjukkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha yang terus meningkat. Kemenperin optimis dapat menarik lebih banyak investasi ke sektor manufaktur, khususnya investasi asing. Kami telah menyiapkan berbagai fasilitas fiskal, nonfiskal, dan kawasan industri untuk mendukung percepatan tersebut,” tutup Febri.[]

Berita Terkait

Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini