TANIMERDEKA – Nilai Tukar Petani (NTP) kembali mencatat tren positif pada Agustus 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks tersebut naik menjadi 123,57. Angka itu menunjukkan pendapatan petani masih lebih tinggi dibanding pengeluaran rumah tangga.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, mengingatkan tren itu tidak bisa dibiarkan berjalan tanpa strategi.
Ia menegaskan kenaikan NTP hanya bisa bertahan bila produktivitas lahan dan hasil panen ditingkatkan secara berkelanjutan.
“Kalau di bawah 100 berarti lebih banyak yang dikeluarkan daripada yang didapat. Ini kan sekarang sudah 100 lebih, 120, 123 (NTP). Nah artinya, kalau mau naik lagi di atas itu berarti apa? Kan pengeluaran rata-rata konstan. Nah maka pendapatannya harus dinaikkan dengan peningkatan produksi,” ujar Sudaryono di Jakarta, pada Rabu 10 September 2025.
Pria yang akrab disapa Mas Dar, menjelaskan pendapatan petani sangat bergantung pada dua faktor. Pertama, harga dasar gabah atau harga pembelian pemerintah (HPP). Kedua, jumlah panen yang dihasilkan petani dalam satu musim.
“Coba petani nanam-nanam, duit yang didapat dari mana? Kan dari faktor perkalian antara HPP (gabah Rp6.500 per kg) dikali jumlah panen yang dia dapat,” kata Sudaryono dikutip dari Antara.
Ia menilai ada dua strategi utama menaikkan pendapatan. Yield per hektare harus ditingkatkan dan pola tanam perlu diatur agar lahan yang sama bisa dipanen lebih dari sekali dalam setahun. Kedua hal ini, menurutnya, akan menentukan kemampuan petani menjaga kesejahteraan.
Data BPS mendukung pandangan itu. Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyebut peningkatan NTP terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik 0,84 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) hanya naik 0,08 persen. Kenaikan harga gabah, kelapa sawit, jagung, dan bawang merah menjadi pendorong utama.
Dengan kondisi ini, Mas Dar mengingatkan pemerintah dan petani tidak boleh terlena. Ia menilai tren positif NTP adalah peluang sekaligus ujian.
“Jumlah panen ada dua faktor. Jumlah panen dalam satu hektare dapatnya berapa dinaikkan. Namanya itu yield, yield-nya dinaikkan dalam satu hektare. Atau sawah yang sama panennya lebih banyak dalam setahun, itu juga menambah pendapatan petani,” tegasnya.
Sudaryono menekankan strategi peningkatan produktivitas tidak hanya soal teknologi budidaya. Kestabilan harga, pasokan pupuk, dan sistem distribusi juga harus dijaga agar petani tidak kehilangan insentif untuk terus menanam.[]