TANIMERDEKA — Pemerintah menurunkan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebesar 20 persen. Kebijakan ini berlaku mulai Oktober 2025 dan disambut positif oleh petani di berbagai daerah, termasuk Kota Pekalongan.
Ketua DPD Tani Merdeka Indonesia Kota Pekalongan, Mungki Retnosari, menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto atas kebijakan tersebut. Menurutnya penurunan harga pupuk sebagai langkah nyata yang meringankan beban petani.
“DPD Tani Merdeka Indonesia Kota Pekalongan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto atas kebijakan luar biasa ini. Penurunan harga pupuk subsidi sebesar 20 persen tentu sangat berarti bagi petani, terutama di tengah naik-turunnya harga komoditas pertanian dan biaya produksi yang selama ini cukup tinggi,” ujar perempuan yang akrab disapa Kikie, pada Jumat 24 Oktober 2025, di Griya Farm, Pekalongan Barat.
Ia merinci harga baru pupuk subsidi. Pupuk Urea turun dari Rp2.250 menjadi Rp1.800 per kilogram, atau dari Rp112.500 menjadi Rp90.000 per sak ukuran 50 kilogram. Pupuk NPK turun dari Rp2.300 menjadi Rp1.840 per kilogram, atau dari Rp115.000 menjadi Rp92.000 per sak.
Pupuk NPK Kakao kini Rp2.640 per kilogram atau Rp132.000 per sak. Pupuk ZA Rp1.360 per kilogram atau Rp68.000 per sak. Pupuk organik Rp640 per kilogram atau Rp25.600 per sak ukuran 40 kilogram.
Menurut Kikie, penurunan harga pupuk menyasar langsung kebutuhan petani. Biaya produksi selama ini menjadi kendala utama, terutama bagi petani kecil.
“Dengan turunnya harga pupuk, petani bisa mengalokasikan biaya lebih untuk perawatan lahan, pembelian benih unggul, dan pengembangan hasil panen. Ini sangat membantu mereka untuk bangkit dan lebih produktif,” jelasnya.
Ia menilai kebijakan ini sejalan dengan visi kedaulatan pangan nasional. DPD Tani Merdeka Kota Pekalongan siap menyosialisasikan kebijakan tersebut hingga tingkat desa.
“Kami akan terus mendampingi para petani agar penyaluran pupuk bersubsidi berjalan tepat sasaran. TMI juga siap bersinergi dengan dinas pertanian, kelompok tani, dan distributor agar tidak terjadi kelangkaan di lapangan,” tegasnya.
Kikie berharap kebijakan ini menjadi awal dari pertanian yang lebih adil dan berkelanjutan. Ia optimistis swasembada pangan bisa tercapai jika petani mendapat dukungan penuh.
“Semoga kebijakan ini menjadi upaya revolusioner untuk peningkatan kesejahteraan petani Indonesia, termasuk para petani di Kota Pekalongan. Kami yakin, ketika petani sejahtera, maka bangsa pun akan kuat,” ungkapnya.
Petani di Pekalongan menyambut baik kebijakan tersebut. Slamet, petani padi, mengaku terbantu dengan penurunan harga pupuk.
“Selama ini biaya pupuk jadi salah satu beban terbesar kami. Dengan harga yang turun, kami bisa lebih lega. Mudah-mudahan stoknya juga lancar, jadi tidak hanya murah di atas kertas,” ucapnya.
Supri, petani cabai, menyebut kebijakan ini memberi harapan baru bagi petani kecil.
“Pupuk itu ibarat nyawa buat tanaman. Kalau harganya turun, kami bisa menanam lebih luas dan hasilnya mudah-mudahan juga meningkat. Terima kasih untuk Presiden dan pemerintah yang memperhatikan kami para petani kecil,” pungkasnya.[]
