TANIMERDEKA – Ketua Umum DPN Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir, menyalurkan bantuan untuk pengungsi korban banjir di Meuredu dan Bireuen, Provinsi Aceh, pada Kamis, 4 Desember 2025.
Dari Banda Aceh, Don Muzakir menuju Meuredu, Kabupaten Pidie Jaya, lalu melanjutkan perjalanan ke Bireuen. Ia menyambangi lokasi pengungsian warga korban banjir dan longsor di Gampong Dayah Kruet dan Alue Keutapang, Pidie Jaya, serta Gampong Beuyot dan Gampong Pante Baroe, Kecamatan Juli, Gampong Alue Kuta, Kecamatan Jangka, Bireuen.
Di Gampong Aleu Kuta sebanyak 15 unit rumah warga amblas, lokasi itu menjadi sungai kecil baru di Gampong Aleu Kuta, Jangka, Kabupaten Bireuen.
Bantuan yang dibagikan ke tempat pengungsian berupa makanan siap saji, pakaian, selimut, dan kebutuhan darurat lain.
Don Muzakir ikut didampingi Sekretaris DPW Tani Merdeka Indonesia Provinsi Aceh, Nabhani, dan pengurus DPD Tani Merdeka Indonesia Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireuen mengunjungi sejumlah lokasi pengungsian di Pidie Jaya dan Bireuen.
Don Muzakir berinteraksi langsung dengan warga, mendengar keluhan mereka, dan menyapa para pengungsi hingga malam hari.
“Bantuan ini bukan hanya soal logistik. Kami ingin hadir langsung, mendengar keluhan warga, dan memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi,” kata Don Muzakir.
Ia menegaskan kehadiran Tani Merdeka Indonesia di lokasi bencana merupakan bentuk solidaritas nyata. Menurutnya, organisasi tani harus menjadi bagian dari gerakan kemanusiaan, bukan hanya fokus pada sektor pertanian.
“Bencana ini mengingatkan kita bahwa kebersamaan adalah kekuatan. Tani Merdeka Indonesia hadir untuk menopang masyarakat, memastikan tidak ada yang ditinggalkan,” ujarnya.

Bantuan yang disalurkan berasal dari donasi Wakil Menteri Pertanian Sudaryono serta sumbangan pengurus Tani Merdeka Indonesia dari berbagai provinsi. Dana dikirim melalui rekening resmi Tani Merdeka Indonesia, kemudian digunakan membeli kebutuhan darurat.
“Bantuan yang saya bawa ini dibantu oleh kawan-kawan Tani Merdeka se Indonesia dan bantuan dari Wakil Menteri Pertanian bapak Sudaryono,” kata Don Muzakir.
Sejumlah DPW dan DPD Tani Merdeka di kabupaten dan kota lain juga membuka posko bantuan. Bantuan tidak hanya dibagikan di Meuredu dan Bireuen, tetapi juga menjangkau Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang. Penyaluran bantuan ini diperluas hingga ke Sumatera Utara dan Sumatera Barat, wilayah yang juga terdampak banjir besar.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 3 Desember 2025 mencatat jumlah korban tewas akibat banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mencapai 770 orang. Di Sumatera Barat, korban jiwa 194 orang, sementara 111 orang masih hilang. Jumlah warga terdampak banjir di provinsi itu mencapai 140.500 orang.
Suasana pengungsian di Meuredu dan Bireuen penuh aktivitas. Relawan dan warga bergotong royong menyalurkan bantuan. Anak-anak terlihat bermain di tenda darurat, sementara orang tua menunggu distribusi makanan. Kehadiran Don Muzakir memberi semangat bagi warga yang masih hidup dalam ketidakpastian.
Don Muzakir mengaku Tani Merdeka Indonesia terus membuka donasi bantuan hingga tahap pemulihan.
“Kami tidak berhenti di bantuan darurat. Kami ingin memastikan pemulihan berjalan, rumah warga bisa kembali berdiri, anak-anak bisa kembali sekolah, dan petani bisa kembali menggarap sawahnya,” tegasnya.
Ia berharap dukungan masyarakat luas terus mengalir agar korban banjir segera bangkit. Menurut Don Muzakir, solidaritas lintas daerah menjadi kunci agar proses pemulihan berjalan lebih cepat.
“Bantuan ini adalah wujud kepedulian nyata dari seluruh anggota Tani Merdeka di Indonesia. Kami ingin menunjukkan bahwa petani mampu bersatu, tidak hanya untuk pangan, tetapi juga untuk kemanusiaan,” ungkap Don Muzakir.
Lebih lanjut Don Muzakir menambahkan, dampak banjir tidak hanya dirasakan di lokasi pengungsian. Sejumlah lahan pertanian dan perkebunan di Pidie Jaya dan Bireuen juga mengalami kerusakan berat. Sawah terendam lumpur, kebun warga rusak, dan tanaman pangan yang siap panen hanyut dibawa arus. Di beberapa titik, tanah longsor membuat lahan tidak bisa diolah dalam waktu dekat.
Ia juga menerima laporan mengenai rusaknya saluran irigasi yang selama ini menjadi penopang produktivitas pertanian. Aliran air terputus, pintu air tersumbat, dan beberapa bagian irigasi jebol akibat kuatnya arus banjir. Kondisi ini membuat petani tidak bisa memastikan kapan mereka dapat kembali menanam.
Menurut Don Muzakir, kerusakan sektor pertanian ini perlu penanganan cepat melalui program revitalisasi. Ia menegaskan pentingnya dukungan pemerintah agar pemulihan tidak hanya berfokus pada bantuan darurat, tetapi juga mengembalikan fungsi lahan dan infrastruktur pertanian.
“Kami akan menyampaikan kondisi ini kepada Wakil Menteri Pertanian Sudaryono agar segera diperbaiki, sebab ini menjadi pencarian masyarakat,” ujarnya.
Don Muzakir menegaskan, petani harus segera dibantu agar mereka bisa kembali bekerja. Pemulihan sarana produksi, perbaikan irigasi, dan pendampingan pasca-bencana menjadi langkah penting agar kehidupan warga kembali normal.[]
