TANIMERDEKA – Ketua DPW Tani Merdeka Indonesia Provinsi Aceh, Cut Muhammad, mengaku akan membawa isu Bendungan Krueng Pasee dan sistem irigasi yang hingga kini belum tuntas, meski sudah bertahun-tahun menjadi proyek prioritas, ke forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Tani Merdeka Indonesia yang digelar pada 27–29 Agustus 2025.
Menurut Cut Muhammad, kondisi ini telah lama merugikan petani. Proyek Bendungan Krueng Pasee yang diharapkan dapat mendukung pengairan sawah justru tak kunjung selesai.
“Proyek Bendungan Krueng Pasee sudah berjalan lima tahun, tapi sampai sekarang belum selesai. Petani mengeluh karena sudah lima tahun tidak bisa ke sawah dan gagal panen. Ini masalah besar yang tidak boleh diabaikan,” kata Cut Muhammad, pada Selasa, 19 Agustus 2025.
Pria yang akrab disapa Mukim Amad menjelaskan, ketergantungan petani terhadap irigasi membuat keterlambatan proyek ini berdampak luas. Tidak hanya menghambat produksi, tetapi juga menurunkan pendapatan dan mengancam keberlangsungan usaha tani di Aceh Utara.
Selain Krueng Pasee, Bendungan Keureuto yang digadang-gadang sebagai bendungan terbesar di Aceh. Namun, pemanfaatannya jauh dari harapan.
“Petani tidak bercocok tanam di sawah sejak sepuluh tahun lalu karena bendungan Keureuto tidak berfungsi seperti yang dijanjikan. Ini membuat ketahanan pangan kita sangat rentan,” kata Cut Muhammad.
Ia menilai, kegagalan mengoptimalkan kedua bendungan ini mencerminkan lemahnya pengelolaan pembangunan infrastruktur pertanian. Dampaknya bukan hanya gagal panen, tetapi juga hilangnya kepercayaan petani terhadap program pemerintah.
Masalah ini bukan sekadar keterlambatan proyek. Cut Muhammad menegaskan, ribuan petani di Aceh Utara kehilangan mata pencaharian. Banyak sawah yang berubah menjadi lahan tidur karena tidak mendapatkan suplai air.
Ia mengungkapkan, kondisi tersebut memperburuk ketahanan pangan Aceh. Dengan lahan produktif yang tidak digarap, produksi padi Aceh menurun drastis, sementara kebutuhan beras terus meningkat.
“Kita bicara soal penghidupan petani dan ketersediaan pangan masyarakat. Kalau bendungan ini dibiarkan terbengkalai, kita tidak hanya rugi secara ekonomi, tapi juga menghadapi ancaman serius terhadap ketahanan pangan,” ujarnya.
Cut Muhammad meminta pemerintah pusat dan daerah segera bertindak. Ia mendesak agar proyek Bendungan Krueng Pasee dipercepat dan pemanfaatan Bendungan Keureuto dioptimalkan.
“Pemerintah harus hadir. Jangan biarkan petani terus menunggu tanpa kepastian. Kita butuh komitmen nyata untuk menyelesaikan proyek ini,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya pengawasan ketat terhadap proyek irigasi agar sesuai rencana dan tepat sasaran. Menurutnya, keberhasilan sektor pertanian Aceh sangat bergantung pada penyelesaian masalah ini.
“Kalau masalah ini tidak diatasi sekarang, petani akan semakin sulit bangkit, dan kita akan kehilangan potensi besar di sektor pangan,” tutupnya.[]