TANIMERDEKA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat menjalin kerja sama dengan Tani Merdeka Indonesia. Kolaborasi ini guna mengembangkan sistem pertanian cerdas berbasis cuaca dan iklim (Weather and Climate-Smart Agriculture).
Program ini menjadi proyek percontohan di Provinsi Jawa Barat. Wilayah tersebut dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Sistem yang dikembangkan akan membantu petani menghadapi perubahan iklim dan ketidakpastian cuaca.
Platform digital “Cuaca Tani” dirancang untuk mengintegrasikan data prakiraan BMKG dengan sistem pertanian berbasis teknologi. Informasi cuaca akan disajikan secara real-time hingga tingkat desa.
Hal tersebut disampaikan Direktur Meteorologi Publik BMKG, Dr. Andri Ramdhani, M.Si, dalam pertemuan dengan pengurus DPN Tani Merdeka Indonesia, Selasa, 7 Oktober 2025.
“BMKG tidak sekadar menyampaikan prakiraan hujan, tapi juga menginformasikan dampaknya terhadap sektor pangan, sehingga para petani dan instansi terkait dapat mengambil langkah antisipatif,” ujar Andri.
Selain itu BMKG tengah mengembangkan konsep Impact-Based Forecasting (IBF). Sistem ini tidak hanya memprediksi cuaca, tetapi juga menganalisis dampaknya terhadap pertanian, pangan, dan ekonomi masyarakat.
Nantinya akan memberikan rekomendasi waktu tanam, curah hujan, dan potensi risiko iklim. Informasi disampaikan secara langsung kepada petani melalui kanal digital yang mudah diakses.
Saat ini BMKG memiliki 38 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di seluruh Indonesia. Unit tersebut siap mendukung sosialisasi, pelatihan, dan diseminasi informasi cuaca di tingkat daerah. Dukungan ini akan dilakukan bersama Tani Merdeka Indonesia.
Hasil dari proyek percontohan akan menjadi model nasional. Tujuannya membangun sistem pertanian adaptif terhadap perubahan iklim.
Kolaborasi ini juga sejalan dengan pendekatan FAO (Food and Agriculture Organization). Organisasi tersebut mendorong sistem pertanian berbasis sains, adaptif, dan ramah lingkungan.
Sementara itu Wakil Ketua Bidang Sarana, Prasarana, dan Investasi DPN Tani Merdeka Indonesia, Munip Ariyadi, mengatakan petani sangat membutuhkan informasi cuaca yang akurat, sehingga tidak mengalami kerugian akibat perbubahan cuaca bisa mengalami gagal panen.
“Banyak petani masih mengalami kerugian karena salah menentukan waktu tanam akibat perubahan cuaca ekstrem. Kami ingin petani Indonesia menjadi cerdas cuaca dan iklim, agar mampu mengantisipasi risiko gagal panen dan meningkatkan produktivitas,” kata Munip.
Dalam pertemuan itu, Tani Merdeka Indonesia juga mengusulkan pembentukan Sekolah Pangan Cuaca dan Iklim. Sekolah ini ditujukan bagi petani milenial dan pemuda desa.
Menurut Munip, kolaborasi akan diperkuat dengan dukungan lintas kementerian. Kementerian Pertanian, Kementerian Desa PDTT, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan turut dilibatkan.
“Dukungan lintas lembaga pemerintah ini, nantinya kita bisa melahirkan petani yang cerdas dan petani kita bisa mengambil keputusan tepat. Hasil pertanian pun lebih terukur dan berkelanjutan,” kata Munip.
BMKG dan Tani Merdeka Indonesia berkomitmen memperkuat peran petani sebagai garda terdepan ketahanan pangan nasional. Teknologi, sains, dan inovasi menjadi fondasi menuju sistem pertanian masa depan yang tangguh dan adaptif.[]