TANIMERDEKA – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan modernisasi pertanian menjadi langkah strategis memperkuat ketahanan pangan nasional. Transformasi dari mekanisasi konvensional menuju pertanian cerdas 5.0 dinilai perlu berbasis teknologi dan inovasi berkelanjutan.
“Pertanian Indonesia kini harus bertransformasi dari mekanisasi konvensional menuju pertanian cerdas 5.0 yang menekankan efisiensi, presisi, dan inovasi di seluruh rantai produksi,” kata Sudaryono saat membuka Indogritech Expo (IGT) 2025 di Tangerang, di Jakarta pada Jumat, 7 November 2025.
Sudaryono menyebutkan transformasi ini merupakan kelanjutan dari proses panjang modernisasi pertanian.
“Ini kan kita sudah menjadi pertanian 4.0 atau mungkin 5.0 lah ya. Dari yang tadinya manual sekali, kemudian mekanisasi sedikit. Lama-lama ini bukan lagi mekanisasi, tapi betul-betul mekanisasi plus-plus,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, peneliti, dan asosiasi industri untuk memperkuat inovasi sektor pertanian.
Pria yang akrab disapa Mas Dar, menyatakan pemerintah hadir sebagai bagian dari solusi bagi pelaku industri pertanian.
“Pemerintah menjadi solusi. Kita tidak ingin menjadi bagian dari masalah. Semua pihak, pelaku usaha, peneliti, asosiasi, dan Kementerian Pertanian, harus bersama-sama menjadi part of the solution,” tuturnya.
Ia menilai perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) tidak menggantikan peran manusia, melainkan mempercepat peningkatan produktivitas pertanian.
“Artificial Intelligence tidak akan menggantikan manusia, tetapi membantu memperlancar dan mengambil sebagian pekerjaan manusia. Teknologi yang tidak membantu manusia pasti akan kita tinggalkan,” jelasnya.
Ia menambahkan arah kebijakan pembangunan pertanian di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menempatkan sektor pertanian dan pangan sebagai prioritas utama. Salah satu program strategis yang disebut sebagai pasar baru adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa sekolah.
“Kebutuhan pangan dari program MBG ini sangat besar. Artinya ada peluang baru di sektor telur, ayam, susu, dan daging. Sekaranglah waktunya memperbesar kapasitas produksi nasional,” ujarnya.
Ia mengajak pelaku usaha di subsektor peternakan meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi agar kebutuhan nasional terpenuhi tanpa bergantung pada impor.
Ia juga menegaskan Kementerian Pertanian siap memfasilitasi inovasi dan investasi yang memberi manfaat nyata bagi petani, peternak, dan pelaku usaha pangan.
“Apapun inovasi yang membawa manfaat bagi banyak orang, pasti kita bantu dan fasilitasi. Pemerintah tugasnya membantu rakyat dan pengusaha agar sama-sama sejahtera,” tegasnya.
Lebih lanjut Sudaryono mengatakan efisiensi dan kolaborasi lintas sector sangat penting. Pemerintah telah mempercepat penyederhanaan mekanisme pupuk bersubsidi melalui Peraturan Presiden (Perpres) agar distribusi langsung ke petani lebih cepat dan tepat sasaran.
“Ternyata dulu, selain jumlah, mekanisme penyalurannya juga ribet. Ada 145 aturan, 12 kementerian yang terlibat, harus lewat Bupati, Wali Kota, Gubernur, semua harus tanda tangan dulu, baru beres. Kelamaan,” ujar Sudaryono.
Ia menjelaskan pemerintah mengambil langkah cepat dengan menerbitkan Perpres baru untuk memangkas birokrasi dan mempercepat distribusi.
“Solusinya apa? Bikin Perpres baru. Seminggu jadi. Sekarang dari Pupuk Indonesia langsung ke pengecer, langsung ke petani. Petaninya senang semua. Bahkan Presiden minta harga pupuk subsidi diturunkan, dan akhirnya turun 20 persen,” kata Sudaryono.[]
