TANIMERDEKA – Pertemuan antara DPW Tani Merdeka Indonesia Sulawesi Tengah dengan Perum Bulog Kanwil Sulteng tak sekadar membahas harga gabah.
Kedua pihak menegaskan pentingnya membangun mekanisme jangka panjang untuk menjaga ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Sekretaris DPW Tani Merdeka Sulawesi Tengah, Hari Soetjahyo, menilai Bulog tidak hanya berperan sebagai pembeli gabah, tetapi juga penentu arah stabilitas pangan di daerah.
“Kami mengajak Bulog bekerja sama dalam penyerapan gabah. Petani kita harus sejahtera. Kita ingin program Presiden Prabowo Subianto bisa diwujudkan dengan baik di daerah. Salah satunya dengan memastikan hasil panen petani terserap dengan harga yang layak,” ujar Hari.
Ia menekankan agar Bulog ikut membangun sistem distribusi yang kuat, sehingga beras hasil panen petani Sulawesi Tengah bisa langsung menjangkau pasar tanpa harus berputar lewat tangan tengkulak.
“Jika distribusi diperkuat, spekulasi harga bisa ditekan, dan konsumen juga akan mendapat harga yang wajar,” katanya.
Menurut Hari, pertemuan ini bukan hanya soal melindungi harga gabah, melainkan juga membangun kemandirian pangan.
Dia menilai petani di Sulawesi Tengah seharusnya tidak lagi bergantung pada pasar spekulatif, tetapi mendapat kepastian melalui kemitraan dengan Bulog.
Sementara itu Kepala Bulog Kanwil Sulteng, Jusri, menyambut baik gagasan tersebut. Menurutnya, keterlibatan organisasi tani bisa memperpendek rantai penyaluran beras.
“Kami terbuka untuk bersinergi dengan Tani Merdeka. Bulog punya tanggung jawab menjaga ketersediaan dan keterjangkauan beras di masyarakat. Kolaborasi dengan organisasi petani akan membuat kerja kami lebih efektif, karena petani adalah mitra utama dalam menjaga ketahanan pangan,” kata Jusri.
Pembahasan berlanjut pada wacana pembentukan skema khusus pembelian gabah langsung dari petani melalui koperasi. Model ini dinilai lebih efisien karena memperkuat kelembagaan petani sekaligus menjamin harga di tingkat petani tetap stabil.[]