TANIMERDEKA – Produksi kelapa di Indonesia masih dikuasai oleh jenis kelapa dalam. Luas lahannya mencapai 3,50 juta hektar pada 2014, lalu turun menjadi 3,23 juta hektar pada 2023.
Ditjen Perkebunan mencatat kelapa genjah atau hibrida hanya mengisi 2–3 persen areal. Luasnya menyusut dari 104.500 hektar menjadi 87.400 hektar pada periode yang sama.
Dari sisi produktivitas, kelapa genjah lebih unggul. Hasilnya bisa 1,30–1,35 ton per hektar, lebih tinggi dibanding rata-rata nasional 1,14 ton per hektar. Kelapa genjah cepat berbuah dan menghasilkan lebih banyak butir per pohon.
Sebaran kelapa dalam terkonsentrasi di Riau, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Jawa Tengah. Produksi kelapa genjah terkonsentrasi di Riau, dengan porsi 72,4 persen produksi nasional. Daerah lain yang menyumbang kecil antara lain Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.
Permintaan santan terus meningkat. Di dalam negeri, konsumsi produk kelapa naik 15 persen pada 2024. Kenaikan dipengaruhi gaya hidup sehat dan tren pangan nabati alami. Produk seperti santan instan dan gula kelapa semakin populer.
Ekspor santan juga tumbuh pesat. Sepanjang 2022, Karantina Manado mencatat ekspor 2.606 ton santan beku ke tujuh negara, termasuk China, Jerman, dan Australia, senilai Rp 50,8 miliar. Awal 2023, Minahasa Utara melepas ekspor perdana 52 ton santan ke China.
Pada kuartal pertama 2025, Sumatera Barat mengekspor sekitar 33.401 ton ke Inggris dan Malaysia. Secara global, pasar santan diperkirakan bernilai 1,3 miliar dollar AS pada 2025. Angka ini diprediksi naik menjadi 2,4 miliar dollar AS pada 2035 dengan pertumbuhan 5,8 persen per tahun.
Pendorong tren ini adalah meningkatnya konsumsi diet bebas laktosa, gaya hidup vegan, dan kesadaran akan lemak sehat MCT dalam santan. Negara tujuan utama mencakup China, Vietnam, Thailand, dan Eropa.
Sementara itu kelapa genjah punya masa berbuah singkat, hanya 3-4 tahun setelah tanam. Kelapa dalam butuh 6-7 tahun.
Produktivitas genjah bisa 60-120 butir per pohon per tahun, tergantung varietas. Genjah Salak mampu menghasilkan 120 butir per tahun. Genjah Kuning Bali sekitar 60–110 butir.
Ukuran buahnya lebih kecil, 160–180 gram. Namun produktivitas per hektar mencapai 1,30–1,35 ton. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding kelapa dalam, 1,14 ton per hektar.
Beberapa varietas unggul seperti genjah pandan wangi dan genjah kopyor punya harga jual lebih tinggi karena rasa dan bentuknya unik.
Sebaliknya, kelapa dalam menghasilkan buah lebih besar, 300–500 gram per butir, tetapi baru berbuah pada usia 6–7 tahun dengan produktivitas awal 50–80 butir per pohon per tahun.
Kelapa dalam masih dominan karena menguasai 97 persen areal kelapa nasional. Dari segi biaya, perawatan keduanya hampir sama. Namun genjah lebih fleksibel ditanam di pekarangan atau lahan sempit.
Kelapa dalam dan genjah sama-sama bisa diolah menjadi santan cair, santan bubuk, santan instan, hingga santan organik. Kelapa genjah unggul dari siklus panen yang cepat dan harga varietas premium yang lebih tinggi. Cocok untuk industri rumah tangga dan pasar modern.
Kelapa dalam tetap andalan industri besar, terutama untuk kopra, minyak kelapa, dan santan konvensional.
Santan sendiri kaya nutrisi. Lemak rantai sedang (MCT) di dalamnya, terutama asam laurat, bisa meningkatkan metabolisme, mempercepat rasa kenyang, dan membantu menurunkan berat badan. Asam laurat berubah menjadi monolaurin yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antijamur.
Santan juga mengandung vitamin E, senyawa fenolik, serta mineral seperti kalsium, kalium, dan magnesium. Kandungan ini penting untuk kesehatan jantung, saraf, dan keseimbangan elektrolit tubuh.
Pemerintah menargetkan perluasan kebun kelapa 4.600 hektar pada 2023. Rinciannya 1.750 hektar kelapa dalam dan 2.800 hektar kelapa genjah. Upaya ini dilengkapi program peremajaan pohon tua dan sertifikasi benih unggul.
Kementerian Perdagangan menetapkan kebijakan pengendalian ekspor kelapa bulat untuk menjaga pasokan domestik. Pemerintah juga mendorong promosi produk olahan bernilai tambah di pasar global.
Langkah-langkah itu menunjukkan adanya sinergi lintas lembaga dari hulu ke hilir. Pemerintah tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga rantai pasok dan akses pasar.
Dengan penyediaan benih unggul, pelatihan teknis, peremajaan kebun, hingga fasilitasi ekspor, kelapa genjah dan dalam diharapkan menjadi tulang punggung industri santan nasional.
Strategi ini diharapkan meningkatkan efisiensi, daya saing global, dan memberi nilai tambah nyata bagi petani. Kelapa genjah juga membuka peluang pembangunan di daerah yang punya potensi budidaya tinggi.[]
