Jerami Padi Bisa Jadi Pupuk Organik, Hemat Pupuk Kimia dan Ramah Lingkungan

TANIMERDEKA – Produktivitas padi di Indonesia terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab utamanya adalah kondisi tanah sawah yang semakin miskin bahan organik.

Penelitian Kementerian Pertanian menunjukkan, sekitar 65 persen dari 5 juta hektar sawah irigasi di Indonesia memiliki kandungan bahan organik kurang dari 2 persen. Padahal, tanah yang subur seharusnya memiliki kandungan bahan organik minimal 3 persen.

Mengapa kandungan bahan organik tanah berkurang? Ada beberapa kebiasaan petani yang memengaruhi, antara lain hanya mengandalkan pupuk kimia (anorganik), mengangkut jerami keluar sawah untuk pakan ternak atau bahan kertas, dan membakar jerami agar sawah cepat diolah. Padahal, jerami yang dihasilkan setiap musim tanam cukup banyak, sekitar 7–10 ton per hektar.

Peneliti dari IPB mencoba mencari solusi agar jerami tidak terbuang percuma. Mereka meneliti pemanfaatan jerami padi sebagai pupuk organik dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan serta hasil panen. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah IPB dan lahan percobaan di Desa Situ Gede, Bogor.

Penelitian ini menggunakan dua jenis dekomposer, yaitu koleksi IPB dan produk komersial. Dekomposer adalah mikroorganisme seperti jamur dan bakteri yang membantu mempercepat penguraian jerami menjadi kompos. Dua isolat yang dipilih IPB adalah Trichoderma viride dan Aspergillus niger, karena keduanya dikenal mampu merombak selulosa dalam jerami.

Jerami yang digunakan adalah varietas Cisantana, berumur 10 hari setelah panen. Jerami dicacah, disemprot dengan larutan dekomposer, dan dimasukkan ke dalam kotak pengomposan. Proses pengomposan berlangsung sekitar enam minggu. Selama proses ini, suhu dan kelembaban jerami dijaga agar tetap sesuai. Setelah enam minggu, jerami berubah menjadi kompos dengan rasio C/N sekitar 10–20, sesuai standar pupuk organik SNI.

Pupuk organik yang dihasilkan mengandung unsur hara penting untuk tanaman, seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), serta kalsium, magnesium, dan unsur mikro seperti besi dan seng. Dari 1 ton pupuk organik jerami, kandungan haranya setara dengan 19,6 kg N, 9,6 kg P, dan 22,2 kg K. Artinya, 4 ton pupuk organik bisa menyumbang unsur hara setara dengan 159 kg urea, 279 kg SP-36, dan 173 kg KCl.

Peneliti kemudian menguji pupuk ini di sawah. Ada empat perlakuan: NPK 100%, NPK 50%, NPK 50% + pupuk organik, dan NPK 50% + pupuk organik plus pupuk hayati (bioorganik). Bibit padi yang ditanam adalah varietas Ciherang.

Hasilnya menarik. Penggunaan pupuk NPK 50% ditambah 4 ton pupuk organik per hektar dapat menghasilkan gabah kering giling (GKG) sekitar 7,5–8 ton per hektar. Hasil ini hampir sama dengan penggunaan pupuk NPK 100% yang menghasilkan 8,29 ton per hektar. Sementara itu, NPK 50% tanpa pupuk organik hanya menghasilkan sekitar 6,75 ton per hektar.

Dengan kata lain, penambahan pupuk organik dari jerami memungkinkan pengurangan pupuk kimia hingga 50% tanpa menurunkan hasil panen secara signifikan. Bahkan, kombinasi pupuk organik dengan pupuk hayati memberi hasil yang mendekati penggunaan pupuk kimia penuh.

Selain menambah unsur hara, pupuk organik memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan mendukung aktivitas mikroba baik di dalam tanah. Hal ini penting untuk jangka panjang karena bisa mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan menjaga kesuburan lahan.

Kebiasaan membakar jerami juga bisa dikurangi jika petani memanfaatkannya sebagai pupuk. Ini berarti mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca yang berasal dari pembakaran jerami.

Jerami padi yang selama ini dianggap limbah ternyata bisa menjadi sumber pupuk organik yang bermanfaat. Dengan mengolah jerami menjadi pupuk organik, petani tidak hanya menghemat biaya pupuk kimia, tetapi juga menjaga kesuburan tanah dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Cara ini adalah langkah sederhana namun penting untuk mendukung pertanian berkelanjutan di Indonesia.[]

Berita Terkait

Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini